Pada bagian prosedur penelitian, tujuan uji klinik ini ingin menghitung jumlah pasien yang berkembang dari kasus ringan ke kasus sedang-berat.
Kemudian peneliti juga ingin menghitung lama rawat inap pasien dan kalkulasi jumlah pasien yang meninggal, untuk kasus sedang-berat.
Di mana sebelumnya, tim peneliti jug mengukur sitokin atau zat yang menimbulkan radang dan meninjau perbaikan klinis pasien.
"Nah pada bagian hasil penelitian, ini yang kami sebut tidak lazim," kata Ahmad.
Hal ini dikarenakan, peneliti hanya menuliskan simbol dalam kelompok perlakuan sebagai grup SoC, A, B, C, D, dan E, tanpa menjelaskan lebih lanjut siapa saja yang termasuk dalam kelompok tersebut, berapa usianya, jenis kelaminnya apa, bagaimana kondisi kesehatannya, riwayat penyakit bawaan, dan sebagainya.
Selain itu, tim hanya menuliskan jumlah subyek di masing-masing kelompok.
Padahal dikatakan Ahmad, ketika suatu data sudah ditayangkan untuk umum seperti ini, tidak boleh hanya ditulis A, B, C, D, E, dan sebagainya.
"Masalah kami, ini tidak lazim dalam penyampaian data," ungkap Ahmad.
Ahmad menjelaskan, responden yang dimasukkan ke dalam suatu kelompok harus jelas siapa saja dan komposisinya sama.
Jika data yang dipaparkan hanya menunjukkan jumlah, sulit untuk mengetahui siapa saja pasien di dalamnya.