AS mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan bulan ini, beberapa hari setelah dua kapal induk mereka melakukan latihan di Laut China Selatan yang disengketakan.
Dan, minggu ini China melayangkan protes keras atas kehadiran pesawat mata-mata AS yang mengamati latihan tembakan langsung PLA.
Sementara rudal darat-ke-udara Taiwan telah melacak pesawat tempur China yang mendekati wilayah mereka, perincian yang biasanya tidak mereka berikan, ketika Menteri Kesehatan AS Alex Azar mengunjungi pulau itu bulan ini.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada Selasa (25/8), semakin dekat jet China ke wilayahnya, Taipei "lebih aktif" merespons, meskipun itu tidak akan "meningkatkan konflik" atau "memicu insiden".
Sedang Kementerian Luar Negeri China mengatakan dalam pernyataan yang dikirim ke Reuters: "Kami memiliki tekad dan kemampuan untuk menghentikan aktivitas apa pun yang bertujuan untuk memisahkan Taiwan dari China".
Seorang pejabat senior AS, yang berbicara tanpa menyebut nama, menyatakan, China menjadi lebih tegas dan lebih agresif di kawasan itu.
Sehingga, ada kekhawatiran militer Tiongkok bisa salah perhitungan, yang menyebabkan konsekuensi yang tidak terduga.
"Ini adalah masalah yang lebih luas dari Taiwan dan lebih luas dari sekadar Amerika Serikat," kata pejabat itu ke Reuters.
"Saya berpendapat, ada banyak negara yang berpikiran sama di kawasan ini, yang melihat dengan cemas dan semakin khawatir tentang garis tren yang muncul dari Beijing," ujar pejabat AS tersebut.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, risiko konflik yang tidak disengaja meningkat karena ketegangan di Laut China Selatan dan sekitar Taiwan.