Kakaknya, Kebir, yang saat itu bersamanya, gagal menyelamatkannya.
Tapi dia melihat garis putih di punggung buaya, membuatnya percaya bahwa yang mereka hadapi adalah Bujang Senang yang legendaris.
Setelah kejadian itu, polisi setempat melancarkan 'Operasi Buaya Ganas' di semua sungai besar di Sarawak, tetapi mereka tidak dapat menemukan Bujang Senang.
Bujang Senang terus mengamuk, dan antara tahun 1982 dan 1991 diyakini ada 13 orang yang menjadi korban amukan binatang raksasa itu.
Kekuasaan terornya mencapai puncaknya pada Mei 1992, ketika binatang itu menyambar korbannya yang ke-14.
Serangan itu mendorong polisi dan penduduk desa untuk memburu Bujang Senang.
Dalam empat jam, Bujang Senang terpojok, tetapi mereka gagal membunuhnya dengan lembing dan peluru biasa.
Jadi seorang dukun menyarankan agar mereka menggunakan paku sebagai peluru .
Saran itu sepertinya berhasil, karena Bujang Senang akhirnya jatuh setelah menerima 40 tembakan paku 10cm .