Hanya, Antonov menegaskan, Rusia tidak tertarik untuk meningkatkan ketegangan, baik di kawasan Asia-Pasifik atau di mana pun di dunia, atawa pada awal perlombaan senjata yang merusak secara ekonomi.
"Saya berharap, Amerika Serikat dan sekutu regionalnya berbagi pendekatan ini. Kami siap untuk melakukannya. bekerjasama, keinginan kami tetap dibahas," kata dia.
Menurut Antonov, penarikan AS dari Traktat Kekuatan Nuklir Jangka Menengah (INF) Rusia-AS pada Agustus 2019 menyebabkan "runtuhnya perjanjian yang penting bagi stabilitas dan keamanan global ini".
Akibatnya, dia menambahkan, langkah AS yang salah tersebut mempersulit upaya untuk mencegah peningkatan perlombaan senjata rudal. "Saya ingin menekankan, Rusia telah mengambil langkah konkret untuk mencegah situasi tergelincir ke dalam krisis," tegas Antonov.
"Pada Februari 2019, negara kami membuat komitmen sepihak untuk tidak menurunkan rudal jarak menengah dan jarak pendek berbasis darat di wilayah mana pun di dunia, termasuk Asia, hingga sistem Amerika semacam ini ditempatkan di sana," imbuhnya.
"Kami menyesalkan, inisiatif Rusia untuk memberlakukan moratorium serupa ditolak mentah-mentah oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya," sebut dia.
Selain itu, Departemen Pertahanan AS alias Pentagon berkembang pesat dan telah menguji dua kali sistem yang sebelumnya dilarang berdasarkan INF.
"Pejabat Amerika Serikat secara berkala menyatakan niat mereka untuk melakukan itu, menyebarkan rudal tersebut di kawasan Asia-Pasifik sesegera mungkin," kata Antonov.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Rusia: Penyebaran rudal AS di Asia pengaruhi kepentingan keamanan kami.
(*)