Sebab, banyak kasus rapid test reaktif, swab negatif atau rapid test negatif hasil swab positif dan yang patut dipercaya adalah pemeriksaan swab atau PCR
"Yang viral itu hanya bahasa yang multi tafsirkan rapid test negatif maupun positif itu palsu. Itu hanya istilah yang artinya tidak akurat bukan alat rapid tesnya yang palsu,” jelasnya.
Dokter koboi menjelaskan, rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus corona.
Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus.
“Tes yang dapat memastikan apakah seseorang positif terinfeksi virus corona sejauh ini hanyalah memakai pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR),” terangnya.
"Pemeriksaan ini bisa mendeteksi langsung keberadaan virus corona, bukan melalui ada tidaknya antibodi terhadap virus ini."
Lebih jauh, dokter koboi menjelaskan bahwa rapid test itu sudah dilarang oleh WHO.
IDI Medan pun sejak Juli 2020 sudah melarang penggunaan alat rapid test.
Untuk tes ada atau tidak virus Covid-19 dalam tubuh manusia semua pakai swab PCR.
"Saya secara pribadi dan profesi dokter mengajak masyarakat untuk paham rapid tes bukan takaran ukuran seseorang kena atau bebas Covid-19, tapi swab/PCR yang menjadi tolak ukur seseorang terpapar Covid-19 atau tidak," tuturnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Pernyataan Hasil Rapid Test Positif Atau Negatif Palsu, IDI Makassar: Itu Hanya Istilah"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar