Sejak 1906, Sneevliet aktif untuk SDAP di Zwolle; di sana ia menjadi anggota dewan kota pertama dari kelompok demokrat sosial dalam pemilihan umum pada 1907.
Sneevliet juga aktif dalam serikat buruh Belanda, NV dan pada 1911 ia menjadi ketuanya. Dalam serikat buruh itu, Sneevliet adalah salah seorang pemimpin yang radikal.
Ketika terjadi pemogokan pelaut internasional pada 1911, beberapa dari serikat buruh Belanda yang lebih radikal ikut serta, tetapi kebanyakan dari gerakan itu, maupun mayoritas dari SDAP sendiri, menentangnya.
Bagi Sneevliet, hal ini mengakibatkan ia terasing dari keduanya dan memperkuat keputusannya untuk meninggalkan Belanda dan pergi ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Pada Oktober 1915, ISDV mulai aktif dalam penerbitan surat kabar berbahasa Belanda, "Het Vrije Woord" (Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars.
Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan untuk Indonesia.
Pada saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia.
Namun, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti kapitalis.
Perubahan terjadi kembali,ketika Sneevliet memindahkan markas mereka dari Surabaya ke Semarang dan menarik banyak penduduk asli dari berbagai elemen seperti agamawan, nasionalis dan aktivis gerakan lainnya yang akhir-akhir ini sedang tumbuh di Hindia Belanda sejak tahun 1900.
Di bawah pimpinan Sneevliet, partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV dan menolak untuk bekerja sama dengan pemerintah karena menolak "berpura-pura" menjadi Dewan Masyarakat (Volksraad Volksraad (Hindia Belanda).