Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Tim Mawar selama ini diketahui terlibat dalam operasi penculikan puluhan aktivis jelang Pemilu 1997 dan Sidang Umum MPR 1998.
Baru-baru ini, dua mantan anggota dari Tim Mawar yang terlibat dalam operasi tersebut ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo untuk menjabat di lingkungan Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Namun, bagaimana tanggapan keluarga korban terkait diangkatnya dua mantan anggota Tim Mawar menjadi pejabat di Kemenhan?
Diberitakan GridHot sebelumnya, kedua anggota Tim Mawar tersebut ialah Brigjen TNI Dadang Hendrayudha dan Brigjen TNI Yulius Selvanus.
Penunjukan ini tertuang dalam surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 166/TPA Tahun 2020 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Pertahanan yang ditandatangani Jokowi pada Rabu (23/9/2020).
Adapun penunjukan ini berdasarkan usulan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melalui dua surat kepada Presiden bernomor SR/479/M/VII/2020 pada 28 Juli 2020 dan SR/568/M/IX/2020 tanggal 7 September 2020.
"Bahwa usulan Menteri Pertahanan sebagaimana dimaksud pada huruf a telah dibahas dan mendapat persetujuan Tim Penilai Akhir Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan Pimpinan Tinggi Madya dalam sidang tanggal 18 September 2020," bunyi salah satu poin dalam surat yang diterima melalui Kompas.com, Jumat (24/9/2020).
Dadang Hendrayudha saat ini menjabat Kepala Biro Umum Sekretariat Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Ia mendapat promosi sebagai Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemenhan dengan menggantikan Prof Bondan Tiara Sofyan.
Sementara itu, Yulius Selvanus saat ini menjabat Komandan Korem (Danrem) 181/Praja Vira Tama.
Ia akan menggantikan Mayjen TNI (Mar) Joko Supriyanto sebagai Kepala Badan Instalasi Strategis Pertahanan Kemenhan.
Dilansir GridHot dari Kompas.com, Ayahanda Petrus Bimo Anugerah, korban penculikan aktivis 98, Dionysius Oetomo Raharjo, angkat bicara atas keputusan Presiden Joko Widodo menyetujui dua eks anggota Tim Mawar menjabat di lingkungan Kementerian Pertahanan.
Oetomo mengaku tak kaget atas keputusan pemerintah dengan menarik orang yang diduga menjadi pelaku penghilangan paksa putranya ke dalam kementerian.
"Aku enggak kaget, biasa-biasa saja, biarkan, lepaskan, jarno wae (biarkan saja)," ujar Oetomo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/9/2020).
Ia pun menyindir Presiden dengan menyebut keputusan itu sebagai keputusan sempurna.
Keputusan Presiden, kata dia, membuat keluarga korban tambah menderita.
Hingga kini, putra Oetomo hilang dan tidak pernah ada perkembangan dari hasil pencarian terhadap anaknya itu oleh negara.
"Saya rasa lengkap, sudahlah menderita, menderita sekalian, jangan tanggung-tanggung. Kalau berat, berat sekalipun, sudah hilang, enggak diurusi, sudah lengkap namanya," kata Oetomo.
Ia pun menduga bahwa keputusan Jokowi itu semata-mata urusan politik. Oetomo seolah lelah mencari keadilan.
"Aku sudah kenyang, 22 tahun (mencari keadilan). Dulu saya bodoh, kalau sekarang sudah ngerti," kata dia. "Ora opo-opo, (enggak apa-apa), sah-sah saja. Wong (orang) namanya politik ya seperti itu. Ora kaget blas (enggak kaget), nurani tidak dibutuhkan," ucap Oetomo. (*)