"Baru pas zaman presiden GusDur, ada yang minta maaf soal salah tangkap ini. Bahkan Gus Dur juga sempat meminta maaf ke Pramoedya Ananata Toer," ungkapnya.
Fico juga menceritakan akhir hayat sang kakek yang menghabiskan waktu dengan membuka sebuah warung dan warung telekomunikasi.
"Yang saya ingat, kakek dulu habisin waktunya dengan buka wartel dan warung, terus saya suka nyolongin duitya di wartel.
Saya kan kalau libur sekolah suka di rumah kakek, abang saya juga smepat tinggal di sana. Terus kalau saya jagain wartel suka saya ambilin duitnya,".
Dia menuturkan jika kakeknya mempunyai keinginan untuk hidup sangat tinggi.
"Dia pernah bilang, saya enggak akan mau mati sebelum Soeharto duluan. Setidaknya meskipun kalahh dalam kehidupan, 'saya menang dalam umur'," ujarnya lagi.
Pada 1962-1965, Murad belajar ekonomi ke Universitas Lumumba, Moskow.
Saat kuliah, Murad dibiayai oleh DN. Aidit.
Di Masa itu, Murad adalah seorang intelektual yang menguasai 7 bahasa.
Murad dipanggil kembali ke Indonesia dengan tawaran menjadi menteri.