Sebuah kudeta telah dilaporkan di Timor Timur tetapi tidak jelas apakah Uni Demokratik Timor yang pro-Portugis atau Fretilin yang pro- kemerdekaan telah mengambil alih.
Kissinger berkomentar: “Sangat jelas bahwa Indonesia akan mengambil alih pulau itu cepat atau lambat.”
Dokumen 3 dan 3a, dari November 1975, adalah memoranda yang disiapkan Kissinger untuk Ford.
Setelah menguraikan sepenuhnya manuver Indonesia untuk menguasai Timor Lorosa'e, Kissinger dengan jelas mengantisipasi invasi Indonesia, dan memberi tahu Ford tentang potensi masalah, yaitu penggunaan persenjataan yang dipasok AS, sementara undang-undang AS mengharuskan senjata semacam itu digunakan hanya untuk 'pertahanan diri'.
“Merger dengan Indonesia mungkin merupakan solusi terbaik bagi koloni jika penduduk setuju,” sarannya.
Ia menegaskan bahwa penggunaan senjata AS oleh Indonesia akan melanggar hukum AS.
“Penggunaan senjata yang dipasok oleh AS oleh Indonesia dalam pendudukan terang-terangan di wilayah tersebut, bagaimanapun, akan melanggar hukum AS. Kami diam-diam telah menunjukkan hal ini kepada Pemerintah Indonesia, dan tampaknya ini menjadi faktor penghambat."
Masalah itu juga kemudian mendasari penundaan operasi tentara Indonesia terhadap Timor Leste, sampai selesainya kunjungan Ford dan Kissinger, yang dijelaskan dalam dokumen 4.
Dokumen 4, tertanggal 6 Desember adalah transkrip resmi dari diskusi antara Ford, Suharto dan Kissinger di Jakarta sehari sebelum invasi penuh.
Dokumen ini jelas mencatat Soeharto meminta, dan menerima, persetujuan Ford dan Kissinger untuk invasi tersebut.