Lalu ia menjelaskan bahwa, “Saat hujan, abunya mengalir ke sungai, dan para tahanan meminum air sungai dan menggunakannya untuk mandi.”
Mereka juga mengingat bagaimana pada hari-hari hujan ketika kayu menjadi basah, mayat tidak juga terbakar.
Pada suatu hari, mantan narapidana itu bahkan tersandung jari kaki tanpa tubuh. Mereka berkata, "Saya jatuh di atas sesuatu. Awalnya, saya pikir daya terjebak di pohon, tetapi ketika saya melihat lebih dekat, ternyata itu adalah jari kaki."
Mantan tahanan lainnya bercerita, "Saya mendaki gunung mengikuti jejak abu dan ada 5 jari tepat di depan saya. Saya sangat terkejut."
Pelarian Korea Utara ini identitasnya telah dilindungi. Ia mengungkapkan hal yang mengerikan dalam sebuah laporan baru yang diterbitkan oleh Komite untuk Hak Asasi Manusia di Korea Utara (HRNK).
Laporan itu, juga mengungkapkan bahwa mayat para tahanan yang mati ditumpuk di gedung sebelum kremasi, yang manaa jasad mereka akan dimakan sebagian oleh tikus dan membusuk.
HRNK juga merilis dengan menggunakan citra satelit untuk mengungkap lokasi krematorium, gedung penjara, dan tempat kerja paksa para mantan tahanan Korea Utara.
Salah satunya adalah tambang tembaga, yang diyakini semakin mencemari air sungai yang digunakan para narapidana sebagai sumber air minum.
Joseph S. Bermudez, Jr, penulis utama laporan itu berkata, "Kami tahu orang-orang menderita di luar bayangan kami."
"Kekajaman yang dilakukan di seluruh sistem penjara di Korea Utara melanggar hukum yang luas, membutuhkan perhatian segera dari komunitas internasional," ujar Bermudez Jr.
Source | : | Sosok.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar