"Rare earth juga mudah ditemukan di Kalteng dan Kalbar, namun berbeda dengan di Bangka Belitung, di Kalimantan mineral ini berasal dari zirkonium," jelas Arif.
Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) ini berujar, rare earth adalah logam yang memiliki peran sangat strategis di masa depan.
Ini karena hampir seluruh perangkat elektronik dengan teknologi tinggi, membutuhkan logam tanah jarang.
Logam tanah jarang juga bisa bersifat radioaktif, dan mengandung oksida yang tinggi.
"Rare earth banyak dipakai untuk pembuatan mobil listrik, handphone, sensor, (perangkat) komputer, super konduktor, dan berbagai keperluan militer," ungkap Arif.
Namun yang perlu digarisbawahi, sambungnya, Indonesia tidak memiliki cadangan rare earth yang melimpah.
Selain itu, rare earth juga lebih banyak terkonsentrasi di Bangka Belitung, Kalteng, dan Kalbar.
Jadi meski dioptimalkan sekalipun, produksi mineral tanah jarang di Indonesia tak terlalu signifikan di pasar global.
"Jadi Indonesia sebenarnya bukan pemain besar untuk rare earth, karena cadangan tanah jarang Indonesia tak terlalu signifikan. Itu pun selama ini dianggap sebagai mineral ikutan dari timah," kata dia.
Arif mencatat, negara dengan cadangan tanah jarang terbesar yakni China. Negeri Tirai Bambu menguasai 44 juta metrix ton sumber daya tanah jarang.