Sejarawan dari Universitas Andalas Padang, Gusti Asnan mengatakan cerita Malin Kundang merupakan cerita rakyat turun temurun yang sudah ada sejak lama.
"Cerita rakyat ini turun temurun sudah ada sejak lama. Sejak zaman Jepang sudah ada," kata Gusti Asnan yang dihubungi Kompas.com ( grup TribunJatim.com ), Senin.
Hanya saja, menurut Gusti, kebenaran batu Malin Kundang itu tidak ada dalam sejarah.
"Dulunya itu batu biasa dan ada mirip kapal. Tapi sejak tahun 1980-an, batu tersebut dibuat oleh Pemkot Padang benar-benar mirip kapal dan orang bersujud," kata Gusti.
Hal itu, kata Gusti, bisa saja untuk menarik wisatawan berkunjung ke daerah tersebut.
Dengan settingan cerita rakyat itu, menurut Gusti, seolah-olah Malin Kundang memang ada dan meninggalkan batu.
Apalagi, kata Gusti, tahun 1890 Pantai Air Manis merupakan salah satu pelabuhan di Padang, sehingga lata belakang dari cerita rakyat itu seolah-olah ada.
Menurut Gusti, Malin Kundang merupakan cerita rakyat yang mengisahkan anak durhaka kepada ibunya.
Ibu yang kecewa dengan Malin yang sudah kaya raya dan tidak mengakui ibunya itu memohon doa agar anaknya diberi hukuman.