Menurut Ian Storey, ahli hubungan Timor Leste dan China, Pemerintah Dili membeli kapal dari China ingin menunjukkan pada Australia bahwa mereka tak memiliki pilihan lain sehubungan dengan mitra pertahanan selain Tiongkok.
Dr Storey, seorang rekan di Institute of Southeast Asian Studies di Singapura, mengatakan bahwa saat dia memahaminya, kapal akan digunakan untuk tugas perlindungan perikanan.
Sebuah pernyataan dari Kementerian Pertahanan dan Keamanan Timor Leste mengatakan kapal-kapal tersebut, yang pada awalnya akan diawaki oleh awak China saat menjalani pelatihan akan dapat menempuh jarak 1000 kilometer dan tetap berada di laut tanpa dukungan darat selama seminggu.
Menteri Pertahanan saat itu, Julio Tomas Pinto mengatakan, kapal-kapal itu merupakan tanggapan yang 'mendesak' untuk memerangi kegiatan ilegal di zona ekonomi eksklusif Timor Leste.
Angkatan laut Timor Leste terdiri dari kapal-kapal tua kelas Albatross buatan Portugis.
Pembelian kapal senilai 28 juta juta dollar dari Poly Technologies, anak perusahaan dari China Poly Group, sebuah perusahaan pertahanan yang memiliki hubungan dekat dengan militer China, memicu kontroversi di Timor Leste.
Pemerintah melakukan pembelian tanpa melalui proses tender terbuka.
Itu terjadi ketika China menghabiskan jutaan dolar untuk membangun pijakan ekonomi, diplomatik, dan strategis di negara setengah pulau itu.
Dr Storey menulis dalam Laporan Singkat China Jamestown Foundation tahun lalu bahwa salah satu kepentingan utama China di Timor Leste adalah mendapatkan akses ke cadangan minyak dan gas negara itu.