Anak perempuan itu selamat dan dibawa ke Posko Parako untuk kemudian dicari sanak keluarganya.
Selama seminggu Pratu Stanley hanya bisa merenungi tindakannya itu.
Tak percaya, dia begitu berani mengambil keputusan itu.
Sementara Letnan Afriadi menerima teguran keras dari komandannya.
Karena menyelamatkan anak perempuan itu, Afriadi terpaksa membiarkan ratusan prajurit GAM lolos.
Dia juga akhirnya tak berhasil membawa sepucuk senjata musuh satupun.
Menyesalkah Letnan Afriadi?
Ternyata tidak. Dia menerima bulat-bulat semua teguran dari komandannya.
Dia juga memaklumi apa yang dilakukan Stanley. Semuanya karena hati nurani di tengah pertempuran.
"Itu adalah nurani setiap manusia."
"Saya sangat mengerti kenapa Stanley sampai melakukan hal itu."
"Buat saya dia tidak salah."
"Memang saya dimarahi banyak pihak karena seolah-olah tidak fokus pada tugas, tetapi saya tidak melihat ada yang salah."
"Stanley tidak pernah saya beri tahu mengenai teguran itu. Dia sudah cukup stres," tutup Lettu Afriadi.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Dikenal Haus Darah, Nyatanya Misi Kopassus Gagal Demi Selamatkan Seorang Anak, Kemarahan Komandannya Diterima Bulat-bulat Tapi Dia Tidak Menyesal, 'Itu Nurani Setiap Manusia'
(*)
Source | : | intisari |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar