Gridhot.ID - Siapa yang tak kenal dengan Kopassus.
Dunia bahkan mengenal Kopassus sebagai salah satu pasukan paling mematika di dunia.
Komando Pasukan Khusus atau Kopassus merupakan bagian dari TNI Angkatan Darat (TNI AD).
Kopassus dikenal memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Biasanya prajurit Kopassus hanya menjalani misi khusus yang berat.
Walau begitu, sebagai pasukan khusus terbaik Indonesia, mereka selalu diharuskan berhasil dalam menjalankan misi.
Tetapi meski memiliki kemampuan sebagai pasukan khusus, prajurit Kopassus tetap manusia biasa yang memiliki hati nurani.
Bahkan, misi Kopassus pernah ada yang berujung kegagalan lantaran seorang anggota mengedepankan hati nuraninya sehingga menghambat jalannya misi.
Dilansir dari buku 'Kopassus untuk Indonesia' karya Iwan Santosa dan EA Natanegara terbitan R&W, hal ini pernah terjadi saat satu kompi Kopassus tengah bertempur melawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Meski misi Kopassus saat itu berujung pada kegagalan, tapi kejadian saat itu menunjukkan kalau Kopassus masih mengedepankan hati nuraninya untuk menyelamatkan orang lain.
Saat itu, Letnan Satu Djon Afriadi memimpin 10 orang anggota Kopassus di Aceh.
Misi mereka jelas, rebut sebanyak-banyaknya senjata musuh dan tekan gerakan separatis.
Tanggal 9 Mei 2001 tim yang dipimpin Lettu Afriadi terlibat kontak dengan sejumlah besar anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Afriadi optimistis timnya bisa menang dan merebut banyak senjata.
Namun, tiba-tiba di tengah sawah tempat pertempuran itu, seorang ibu berlari sambil menggendong anak perempuannya.
Prajurit Kopassus menghentikan tembakan.
Mereka berteriak-teriak agar ibu itu menyingkir karena pihak GAM terus menerus menembak.
Namun nahas, sebelum tim Kopassus menyelamatkannya, sebutir peluru yang diduga dari pihak GAM mengenai ibu tersebut.
Melihat hal itu, seorang anak buah Lettu Afriadi yang bernama Pratu Stanley langsung merayap maju.
Tindakan yang dilakukan Pratu Stanley sungguh nekat.
Dia maju sampai 30 meter sambil terus menembak ke arah musuh dan melindungi anak perempuan itu.
Anak perempuan itu selamat dan dibawa ke Posko Parako untuk kemudian dicari sanak keluarganya.
Selama seminggu Pratu Stanley hanya bisa merenungi tindakannya itu.
Tak percaya, dia begitu berani mengambil keputusan itu.
Sementara Letnan Afriadi menerima teguran keras dari komandannya.
Karena menyelamatkan anak perempuan itu, Afriadi terpaksa membiarkan ratusan prajurit GAM lolos.
Dia juga akhirnya tak berhasil membawa sepucuk senjata musuh satupun.
Menyesalkah Letnan Afriadi?
Ternyata tidak. Dia menerima bulat-bulat semua teguran dari komandannya.
Dia juga memaklumi apa yang dilakukan Stanley. Semuanya karena hati nurani di tengah pertempuran.
"Itu adalah nurani setiap manusia."
"Saya sangat mengerti kenapa Stanley sampai melakukan hal itu."
"Buat saya dia tidak salah."
"Memang saya dimarahi banyak pihak karena seolah-olah tidak fokus pada tugas, tetapi saya tidak melihat ada yang salah."
"Stanley tidak pernah saya beri tahu mengenai teguran itu. Dia sudah cukup stres," tutup Lettu Afriadi.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Dikenal Haus Darah, Nyatanya Misi Kopassus Gagal Demi Selamatkan Seorang Anak, Kemarahan Komandannya Diterima Bulat-bulat Tapi Dia Tidak Menyesal, 'Itu Nurani Setiap Manusia'
(*)