Rudolf Mayer mengatakan kepada pengadilan bahwa Fejzulai telah mencela cita-cita ISIS-nya setelah penangkapannya.
"Bagaimana saya bisa mengubah ideologi seorang pelaku bom bunuh diri? Tidak dengan denda yang tinggi. Anda harus berubah pikiran," ungkap Rudolf Mayer.
Pernyataan Fejzulai dan pengacaranya membuat dia dijatuhi hukuman dikurangi 22 bulan dan mendapat pembebasan lebih awal dari penjara pada Desember 2019 di bawah undang-undang remaja.
Pengadilan saat itu menilai Fejzulai tidak mampu melakukan serangan, menurut sebuah laporan.
Dan kini tentu semua pernyataan mengenai Fejzulai bisa dianggap salah.
Karenanya pemuda yang lahir dan besar di Wina itu merupakan salah satu dari 90 radikal Islam Austria yang dikenal intelijen.
Karena mereka ingin melakukan perjalanan ke Suriah, seorang editor surat kabar nasional mentweet pagi ini.
Dia memiliki darah Albania dan orangtuanya berasal dari Makedonia Utara,.
Polisi mengira dia tidak mampu merencanakan serangan di Wina, Klenk menambahkan.