Ayatollah Khamenei mengejek demokrasi ala Amerika Serikat dengan mengatakan, "Situasi di AS dan apa yang mereka katakan sendiri tentang pemilu adalah pertunjukkan besar! Ini adalah contoh dari wajah buruk demokrasi liberal di AS."
"Terlepas dari hasilnya, satu hal benar-benar jelas yaitu kemunduran politik, sipil, dan moral dari rezim AS."
Adapun Perdana Menteri Slovenia Janez Janša, yang awal pekan ini tercatat sebagai salah satu segelintir pemimpin dunia yang secara terbuka mendukung Presiden Trump - dengan mengatakan presiden petahana telah memenangi pemilihan ketika penghitungan suara masih berlangsung - sejauh ini diam.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador berkata masih terlalu dini untuk mengucapkan selamat. Ia ingin mengunggu semua "masalah hukum" diselesaikan, merujuk pada gugatan hukum yang diajukan tim kampanye Trump, atas tuduhan ketidakberesan dalam penghitungan suara. Trump belum memberikan bukti atas klaim tersebut.
"Kami akan berhati-hati," kata sang presiden kepada wartawan pada hari Sabtu (07/11).
"Kami tidak mau bertindak sembrono dan kami ingin menghormati hak-hak rakyat [Amerika]," imbuhnya.
Hingga Minggu (08/11) sore, belum ada reaksi dari Rusia.
Demikian pula pemimpin China belum memberikan pernyataan resmi, tetapi media pemerintah setempat pada umumnya menyambut kemenangan Biden dengan optimisme yang hati-hati seperti Global Times dan People's Daily.
Masyarakat dunia selalu mempunyai minat besar terhadap pemilu Amerika Serikat, terlebih tahun ini ketika Donald Trump berpotensi tercatat sebagai presiden pertama sejak awal tahun 1990-an yang menjabat untuk satu periode saja.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Presiden Iran sebut Trump 'dilengserkan secara hina' sementara ucapan selamat dari para pemimpin dunia mengalir untuk Biden"