"Orang Timor harus membiarkan masa lalu menjadi masa lalu dan melihat ke depan dengan percaya diri," ujarnya.
Timor Leste tampaknya berupaya bangkit dari keterpurukan untuk menjadi negara maju dengan mencari sumber investor besar-besaran.
Namun para investor besar, selain di industri migas, tampaknya kurang percaya diri untuk menggali potensi keuntungan yang besar.
Misi investasi terbesar sejauh ini hanya delegasi pemerintah negara bagian Malaka yang beranggotakan 87 orang yang tiba tahun 2010 silam.
"Ini tentu saja kelompok terbesar yang pernah saya terima, selain kunjungan dari Korps Marinir Amerika Serikat yang berkekuatan 4.000 orang," candanya ketika delegasi, yang terdiri dari Kepala Menteri Malaysia Datuk Seri Mohd Ali Rustam, pejabat senior negara dan bisnis terkemuka pemimpin, memanggilnya.
Malaysia dan Malaka tentunya sangat disayanginya. Dia telah mengunjungi Malaysia berkali-kali.
Malaka, juga bekas jajahan Portugis, telah menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Timor Leste selama beberapa tahun terakhir melalui perwakilan khusus Mohd Ali, Joseph Sta Maria, seorang pengusaha keturunan Portugis Malaka.
Daerah semi-otonom Oecussi di bagian barat laut yang terletak di Nusa Tenggara Timur Indonesia adalah tempat 18 pria dan 62 wanita dari kelompok Portugis, yang telah merebut Malaka pada tahun 1511, pindah dan mendirikan pemukiman di pulau Timor.
Ramos-Horta mengucapkan terima kasih kepada Malaysia dan mantan perdana menteri Tun Dr Mahathir Mohamad atas dukungan luar biasa yang diberikan kepada Timor Leste dalam setiap aspek sejak awal kelahiran negara itu.
"Pada tahun 2006, ketika kita mengalami krisis, saya menelepon Menteri Luar Negeri (Tun Abdullah Ahmad Badawi). Dalam hitungan jam, keputusan politik dibuat dan dalam seminggu, pasukan dikerahkan untuk menjaga perdamaian," kata Ramos-Horta.