Perlambatan pertumbuhan ini dipengaruhi oleh pembayaran pinjaman luar negeri pemerintah di tengah kembalinya aliran masuk modal asing di pasar surat berharga negara (SBN) seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun.
“Juga didukung persepsi positif investor yang tetap terjaga terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik,” tambah Erwin.
Kemudian, ULN pemerintah ini diklaim tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, serta akuntabel untuk mendukung belanja prioritas dan menangani pandemi Covid-19, juga pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Di antaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 23,8% dari total ULN pemerintah, sektor konstruksi sebesar 16,6%, sektor jasa pendidikan 16,5%, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 11,8%, serta sektor jasa keuangan dan asuransi dengan porsi 11,4% dari total.
Lebih lanjut, ULN swasta tercatat tumbuh meningkat dari pertumbuhan pada bulan September 2020. Pada Oktober 2020, ULN swasta tercatat tumbuh 6,4% yoy, naik dari 6,1% yoy pada bulan sebelumnya.
Perkembangan ini didorong oleh naiknya pertumbuhan ULN lembaga keuangan sebesar 0,1% yoy, setelah terkontraksi minus 0,9% yoy pada bulan September 2020.
Sementara itu, pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) relatif stabil sebesar 8,3% (yoy).
Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa mencapai 77,4% dari total ULN swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Utang luar negeri Indonesia naik, sudah mencapai US$ 413,4 miliar per Oktober.
(*)
Source | : | kontan |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar