Dahulu, Beijing mengatakan mereka tidak setuju dengan dihapusnya pembatasan zona tersebut, tapi kini Beijing bersedia melanjutkan pembicaraan dengan Asean.
Rabu kemarin, Fu Cung, direktur departemen pengelolaan senjata di dalam kementerian luar negeri China, mengatakan Beijing sedang bersiap-siap menawarkan protokol ini.
"Ya, China siap menjadi yang pertama tandatangani Protokol untuk Pakta Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara," jelas Fu dalam cuitannya membalas pertanyaan Hans Kristensen, direktur Proyek Informasi Nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika di Washington.
Di bawah protokol itu, penandatangan wajib tidak akan mengembangkan, memproduksi, atau memiliki senjata nuklir di zona pakta.
Menguji atau menggunakan senjata nuklir juga dilarang di manapun selama di dalam atau di luar zona pakta yang mencakup landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif, sebuah perbatasan yang diperdebatkan dengan sengit oleh China dan beberapa anggota Asean.
Konflik Laut China Selatan memang semakin tegang dan mulai muncul kekhawatiran jika negara-negara di wilayah itu harus mengambil sikap.
Ini bukan pertama kalinya Beijing memberi sinyal akan tandatangani sebuah protokol, tapi komitmen ini terbilang aneh.
Pasalnya hubungan China terbilang sedang sangat buruk dengan AS saat ini, terutama di dalam konflik Laut China Selatan yang melibatkan negara-negara Asean.
Sejauh ini diketahui, China mengkalim hampir 90% wilayah Laut China Selatan, sebuah tindakan yang kemudian ditantang oleh AS dan sekutu mereka.