Sayangnya, vaksin yang digunakan untuk Covax belum mendapat persetujuan "kegunaan darurat" oleh WHO, sebuah kondisi awal agar distribusi bisa dilakukan.
Gerald Rockenshaub, kepala kantor WHO Yerusalem mengatakan kemungkinan bisa awal pertengahan 2021 sebelum vaksin lewat skema Covax tersedia didistribusikan di teritori Palestina.
Sementara sisa dosisnya diharapkan datang melalui perjanjian dengan perusahaan farmasi, yang sampai sekarang juga belum terjalin.
Otoritas Palestina juga tidak meminta bantuan dari Israel, karena hubungan kedua belah pihak memburuk tahun lalu setelah presiden Palestina memotong hubungan keamanan untuk beberapa bulan.
Namun Rabbo mengatakan sesi dengan Israel telah dilaksanakan, "sampai saat ini, tidak ada perjanjian, dan kami tidak mengatakan ada sesuatu yang praktis dalam masalah ini," ujarnya.
Pejabat Israel sendiri mengatakan mereka mungkin menyediakan kelebihan vaksin untuk warga Palestina dan mengklaim mereka tidak bertanggungjawab untuk warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza.
Israel kurang berpikir jernih bahwa meskipun kenormalan bisa tercapai jika rakyat sudah divaksin, hal itu tidak akan efektif karena ribuan warga Palestina bekerja di Israel dan Yerusalem, sehingga bisa membuat infeksi terus meningkat.
Kondisi lebih buruk malah terjadi di Gaza, dengan waktu perkiraan lebih tidak dapat diperkirakan, dan kemungkinan besar akan lebih lama daripada Tepi Barat.
Hamas tidak mampu menahan penyebaran virus dan permusuhan dengan Israel serta persaingan politik dengan Otoritas Palestina.