Laporan Wartawan Gridhot.ID, Desy Kurniasari
GridHot.ID - Pandemi covid-19 masih menjadi momok di negara Indonesia.
Pasalnya, kasus harian positif covid-19 terus bertambah.
Melansir Tribunnews.com, pada Jumat (8/1/2021) kemarin bahkan terjadi pecah rekor.
Sampai Jumat (8/1/2021), total sudah ada 808.340 kasus Covid-19 di Indonesia.
Penambahan kasus baru mencapai 10.617 kasus dalam 24 jam terakhir.
Kabar baiknya, pasien sembuh bertambah 7.446 orang. Sehingga, total kesembuhan berjumlah 666.883 orang. Adapun kasus kematian bertambah 233.
Sementara itu, melansir TribunJateng.com, kasus Covid-19 di Banyumas masih belum terkendali, bahkan jika di rata-rata per hari ada 3 kasus kematian.
Angka kematian di Banyumas saat ini lebih tinggi dari tingkat provinsi dan nasional.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menambah tiga daerah selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat ( PPKM) Jawa Bali mulai 11 hingga 25 Januari mendatang.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan selain Semarang Raya, Solo Raya, dan Banyumas Raya, tiga daerah lain dengan jumlah kasus Covid-19 tinggi juga akan diikutsertakan yakni Kudus, Pati, dan Magelang.
"Terkait persiapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) termasuk kemudian kabupaten kota lain yang mana di Jateng musti mengikuti selain Semarang raya, Solo Raya, dan Banyumas Raya.
Ternyata angka yang masih tinggi ada di Kudus, Pati, dan Magelang. Maka tiga ini akan kita ikutkan nanti," kata Ganjar dalam siaran pers, Jumat (8/1/2021).
Sebelumnya, Ganjar menyampaikan bahwa pembatasan akan diberlakukan di tiga eks karisidenan yaitu Semarang Raya, Solo Raya, dan Banyumas Raya tetapi itu tidak berarti daerah lain bebas.
Baca Juga: Banyak Orang Tidak Menyadari, Ini Pertanda Infeksi Parah Covid-19, Salah Satunya Bingung Tiba-tiba
Daerah-daerah lain akan terus dipantau berdasarkan peta kerawanan persebaran Covid-19.
Dilansir dari Kompas.com, gara-gara takut tertular virus corona, seorang warga Desa Ajibarang Wetan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, bernama Sabar Suharno (46) nekat memagar rumahnya dengan seng.
Meski upaya yang dilakukannya dianggap berlebihan dan menjadi omongan tetangga, namun, ia tak memperdulikannya.
"Orang selalu ada yang pro dan kontra, saya enggak masalah, saya juga tidak mengganggu lingkungan. Saya hanya berusaha menjaga diri," tutur Sabar, Jumat (8/1/2021).
Menurut Sabar, upaya membatasi diri berinteraksi dengan cara menutup rapat rumahnya dengan seng itu sudah dilakukan sejak dua pekan terakhir.
Ketakutan yang berlebihan itu dirasakan Sabar setelah melihat jumlah kasus Covid-19 yang diketahui terus meningkat.
Terlebih lagi, saat itu ada salah seorang tetangganya yang meninggal akibat terpapar virus tersebut.
"Saya sering melihat berita-berita tentang Covid-19, jadi ketakutan saya lebih dari warga yang lain," kata Sabar.
Tidak hanya itu, untuk memudahkan melihat orang yang akan berkunjung ke rumahnya tersebut, pihaknya juga telah memasang CCTV.
Sehingga, ketika ada tamu yang datang bisa dilihatnya tanpa harus keluar rumah.
"Kemarin ada teman saya yang dari luar kota mau mampir ke sini, tapi tidak saya perbolehkan, sudah dekat sini padahal," kata Sabar.
Mengandalkan pedagang keliling
Untuk mengurangi interaksi dengan orang luar, Sabar mengaku untuk kebutuhan sehari-hari mengandalkan pedagang keliling.
"Di sini banyak pedagang keliling, ada sayur dan lainnya. Kadang anak-anak juga order lewat ojek online," kata pria yang berprofesi sebagai pesulap keliling ini.
Dengan upaya yang dilakukan itu, ia berharap bisa mengurangi potensi dari tertular dari virus corona.
"Covid-19 ini sudah di depan mata. Begini saja (menutup rumah dengan seng) saya tidak yakin bisa terlindungi, tapi ini sudah upaya paling maksimal," ujar Sabar. (*)