Sebuah tabung besar nampak berada di bagian belakang kapal.
Alat itu merupakan penyangga untuk menurunkan multi beam echo sounder (MBES/alat pemancar sonar) ke dalam laut. Alat lain, seperti global positioning system (GPS), dua channel single beam echo sounder, dan sensor pengukur PH, juga ada di kapal.
Berbagai peralatan itu dapat mendeteksi kondisi bawah laut hingga kedalaman 100 meter.
Dibuat pada 2019 atas kerja sama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Korea Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC), ARA memang menjadi kapal riset.
Kapal ini turut berkolaborasi dengan sejumlah universitas, seperti Institut Teknologi Bandung, untuk memetakan kontur dasar laut hingga biota laut.
Dendi sendiri biasanya hanya bekerja sebagai pengantar wisatawan dari Pantai Mutiara, Jakarta.
Tugas ini jadi misi mulia yang akan dia laksanakan dengan sepenuh hati.
”Saya bukan kapten tetap di kapal ini. Tapi, keluarga mendukung. Apalagi, bisa ikut dalam pencarian (pesawat),” kata Dendi yang siap membantu upaya pencarian sampai kapan pun.
Tak hanya ARA, beberapa kapal dari TNI juga diterjunkan untuk membantu pencarian.
Source | : | Antara,kompas.id |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar