Joe Biden dianggap harus bisa menanggapi Korea Utara secara serius.
Kim dan Donald Trump bertemu tiga kali, tetapi mereka gagal mencapai kesepakatan apa pun untuk mengakhiri program senjata nuklir Korea Utara atau sanksi ekonomi yang melumpuhkan yang saat ini diberlakukan terhadap Pyongyang oleh AS dan PBB.
"Jika Kim melihat tidak ada pergeseran dari penekanan tradisional AS pada pelucutan senjata nuklir yang komprehensif dan total sebelum sanksi apa pun dapat dikurangi, saya pikir dia akan terus maju dengan pengujian dan kegiatan lainnya," tambahnya.
Dikutip Gridhot sebelumnya dari Kompas.com, pada pertengahan 2019 lalu Donald Trump dan Kim Jong Un memang sudah melakukan pertemuan yang menghebohkan dunia internasional.
Bahkan keduanya sempat mengklaim kalau mereka telah membentuk persahabatan yang istimewa.
"Saya juga percaya bahwa persahabatan yang dalam dan khusus di antara kita akan bekerja sebagai kekuatan magis…," tulis Kim kepada Trump pada 10 Juni 2019.
Namun nyatanya, Kim Jong Un dalam sebuah pidato justru menyatakan kalau AS adalah musuh terbesar negaranya.
Kini dunia sedang menanti langkah Biden dalam mencuri hati Kim Jong Un.
Duyeon Kim, Adjunct Senior Fellow di Center for a New American Security menyebutkan ada harga mahal yang harus diambil Amerika Serikat untuk kesepakatan penghentian senjata nuklir.
(*)
Source | : | Kompas.com,kontan |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar