Desakan Amerika Serikat pada kebebasan navigasi dapat membuat ketegangan ini mendidih.
Berikut adalah tiga kemungkinan ketegangan di Laut Cina Selatan dapat menyebabkan konflik.
China telah meningkatkan pembangunan apa yang oleh para pengamat disebut sebagai "Tembok Besar Pasir."
“Tembok besar” ini melibatkan perluasan sekelompok pulau di rantai Spratly sehingga mereka dapat mendukung landasan udara, senjata, dan instalasi permanen lainnya.
Tampaknya Beijing berkomitmen untuk mempertahankan pulau-pulau baru ini sebagai bagian integral dari wilayah Tiongkok, sebuah posisi yang tidak didukung oleh Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Washington memiliki gagasan lain, dan telah menyatakan akan melakukan patroli kebebasan navigasi di wilayah yang diklaim China sebagai perairan teritorial.
Prospek konflik jelas. Jika kapal atau pesawat AS memasuki perairan yang diklaim China, maka pelaut, tentara, dan pilot China harus sangat berhati-hati tentang cara mereka merespons.
Respons militer dapat dengan cepat menyebabkan eskalasi, terutama jika pasukan Amerika menderita kerusakan serius apa pun.
Juga mudah untuk membayangkan skenario di mana pembangunan pulau menyebabkan China terlibat dalam sebuah negara ASEAN.
Dalam kasus seperti itu, patroli kebebasan navigasi dapat menempatkan China dalam posisi yang canggung dibandingkan dengan pihak ketiga.
Source | : | intisari |
Penulis | : | None |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar