"Mereka memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di hutan untuk dapat bertahan hidup, baik dengan meramu sagu, dan berburu berbagai jenis binatang," kata Munadi.
Munadi mengatakan, cara pemanfaatan sumber daya alam tersebut masih dipertahankan hingga sekarang, sebab hutan Halmahera menyimpan sumber daya alam yang cukup untuk kebutuhan hidup suku Togutil dalam waktu yang cukup lama.
Terdesak pembukaan lahan
Seiring waktu, pembukaan lahan dan hutan untuk kepentingan perusahaan kayu, tambang, dan aktivitas masyarakat pesisir, membuat suku Togutil makin terjepit dan tersingkir dari ruang hidup mereka.
Sumber-sumber makanan mereka pun makin sulit didapat.
Beberapa kejadian yang dialami kelompok Akejira, salah satu nama kelompok Suku Togutil, menunjukkan fakta tersebut benar-benar terjadi.
Sebanyak 11 anggota kelompok Akejira terpaksa harus keluar dari hutan karena kekurangan sumber pangan untuk bertahan hidup.
"Akejira sendiri saat ini berada di wilayah aktivitas perusahan tambang nikel yang menguasai wilayah hidup suku ini. Sementara 2 tahun lalu kelompok Woesopen (nama kelompok suku Togutil) terpaksa harus keluar meminta bantuan beras di perusahan kayu dengan alasan yang sama," kata Munadi.
"Bahkan jika taman nasional memberlakukan aturan hukum secara ketat, dipastikan kelompok ini akan kehilangan akses pada ruang hidup dan sumber daya alam yang ada di dalam kawasan tersebut,” katanya lagi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Video Viral Suku Togutil Disebut Memanah Warga, Ini Penjelasan Polda Maluku Utara"
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar