Menurutnya Pasar adalah potret kehidupan masyarakat umum yang tidak bisa direkayasa.
Sesampai di pasar, dia melihat suasana yang ramai seperti pasar pada umumnya, tidak melihat adanya tentara yang berjaga, hanya satpam biasa.
Kedatangannya ternyata menarik para pedagang, yang senang seperti melihat turis dari Asia Tenggara.
Setelah mengetahui yang datang dari Indonesia,mereka ramai-ramai menawarkan oleh-oleh kepadanya untuk dibawa pulang.
"Hal ini sangat menyentuh hati.
Saya pun harus mencari tas tambahan untuk membawa oleh-oleh dari mereka," katanya.
Kendati demikian, dia mengakui, romantisme hubungan Indonesia dan Rusia hanya dirasakan oleh para generasi tua Rusia.
Generasi sekarang mungkin sudah jarang yang tahu Sukarno.
Terkecuali para generasi muda Rusia yang belajar sejarah negaranya pasti tahu Sukarno.
Hal itu dipicu hubungan Indonesia dan Rusia yang sempat vakum selepas lengsernya Sukarno.
Sebenarnya hubungan mesra antar dua negara hendak dibangun kembali.
Dimulai oleh Presiden Megawati, lalu SBY.
Kemudian diintenskan oleh Presiden Jokowi mulai tahun 2016.
Kedua negara mencoba membangun hubungan second golden era atau era keemasan kedua.
Tak hanya dari Indonesia, dari pihak Rusia juga melakukan hal yang sama.
Hal ini ditunjukan dari sikap Presiden Putin terhadap Presiden Jokowi yang luar biasa.
Menurutnya, hal itu tampak pada saat Putin menjemput presiden jokowi dengan mobil pribadinya.
"Hal itu sangat jarang dilakukan Putin dalam menerima kunjungan pimpinan negara.
Kalau bukan orang dekat Presiden Putin tidak melakukan itu," katanya.
Momen lainnya ditunjukan saat peringatan 20 tahun Asian-Rusia.
Indonesia dispesialkan Rusia dengan memberikan waktu sehari khusus untuk Indonesia.
"Putin ingin mengembalikan romantisme hubungan Indonesia-Rusia seperti era Sukarno," bebernya.
Dari pihak KBRI, jelas Wahid, selama bekerja di sana, telah membuat festival Indonesia sebanyak 4 kali.
Tujuannya menyasar generasi muda Rusia yang ingin kenal dengan Indonesia.
Imbasnya jumlah turis Rusia yang masuk ke Indonesia melonjak 100 persen dari angka 80 ribu menjadi 160 ribu pertahun.
Mata pelajaran bahasa Indonesia yang hanya diajarkan di tiga Universitas menjadi empat Universitas.
"Mata pelajaran Indonesia yang sebelumnya sepi peminat kini digandrungi kembali," tandas pria asli Kebumen ini.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Ketenaran Bung Karno di Rusia Bikin Orangtua Namai Anaknya Sukarno.
(*)
Source | : | Tribun Jateng |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar