Dia kepergok bersembunyi di sebuah ladang yang sama, tempat pelariannya tahun 1959, setelah turut ambil bagian dalam upaya pembunuhan terhadap PM Irak Abdul-Karim Qassim.
Pada Juni 2004, Saddam diadili atas berbagai kejahatannya, kemudian dihukum karena kejahatan terhadap kemanusiaan.
Melansir Kompas.com, wawancara Biro Investigasi Federal AS (FBI) berlangsung saat dia berada dalam tahanan tentara AS.
Dari sana, muncul cerita Saddam dalam pelarian, sebelum dan setelah dijungkalkan.
Dokumen itu juga mengonfirmasikan laporan sebelumnya bahwa Saddam sengaja membuat dunia percaya bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal, salah satu faktor pendorong invasi AS.
Kepemilikan senjata pemusnah massal itu sengaja dia tiupkan untuk membuat Iran yakin bahwa Irak memiliki senjata kuat.
Saat itu Irak beranggapan Iran lebih berbahaya ketimbang AS.
Dalam wawancara itu, Saddam juga mengatakan, dia tidak pernah berada di sekitar Baghdad saat bom berdentuman di Baghdad. Saat itu tentara AS yakin Saddam ada di sekitar Baghdad.
Saddam sendiri terakhir kali tampil di depan publik di Azamiyah pada 9 April, sehari sebelum patung perunggu bergambarkan dirinya dijungkalkan di pusat kota Baghdad.