Sumarno bercerita bahwa dulu ada ulama yang bernama Nyai Murtadho.
Nyai Murtadho itulah yang mendirikan pondok pesantren yang dulu dikenal dengan sebutan pondok Sumbulan.
Nyai Murtadho ini merupakan anak dari seorang ulama dari Demak, yang 'membabat alas' Dusun Sumbulan tersebut.
“Jadi yang babat Dusun Sumbulan ini bapaknya Nyai Murtadho. Nah, Nyai Murtadho inilah yang mendirikan pondok pesantren disana,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, Sumbulan ibarat kampung mati dan sunyi. Pada tahun 1971, saat Sumarno masih kecil, bangunan pesantren telah roboh.
Sehingga semua santri dan warga berpindah ke daerah lain. Alasannya, selain pondok pesantrennya yang sudah tidak ada.
Daerah Sumbulan juga terpencil. Wilayahnya dikelilingi sungai, hanya batas bagian timur yang berbatasan dengan sawah, yang menjadi akses satu-satunya menuju Dusun Sumbulan.
“Namun sebagian sisa-sisa peninggalan masih ada, sebagai sejarah pesantren Sumbulan. Diantaranya kitab kuno serta Al Qur’an yang masih tersimpan rapi,” pungkasnya.(*)