Jangankan menjadi Ibu Bhayangkari, untuk makan sehari-hari saja ia amat kesulitan.
“Pada 2014 kami menikah di gereja pentakosta Pasarminggu, Kandis Kota. Pada tahun yang sama anak kami lahir, tetapi suami saya tidak mau memegang anaknya itu, darah dagingnya sendiri,” kata dia.
Saat pertama anaknya lahir, Desmon sempat pulang. Kemudian pergi lagi dan pulang saat anaknya berumur sebulan.
Setelah pergi lagi selama setahun baru pulang sekali. Kemudian sejak itu pergi kembali dan tidak pernah lagi pulang serta tak pernah mengirimi uang.
“Saya berjuang sendiri sampai saat ini menjadi pembantu rumah tangga. Selama ini saya telepon dia minta dikirimi uang untuk anaknya, jawabannya selalu tak ada uang,” ucapnya.
“Saya heran apa benar seorang anggota polisi tak ada uang. Eh ternyata dia menikah lagi sama orang Duri tanpa sepengetahuan saya,” kata Pesta.
Ia berharap agar Kapolda dan Kapolres Siak mendengarkan keluhannya tersebut.
Sebab ia memperjuangkan keadilan untuk anaknya.
Ia khawatir jika buah hati satu-satunya tersebut tidak mendapatkan hak-hak pendidikan, kesehatan dan lain-lain secara maksimal.
“Saya memang orang tidak bersekolah tinggi, orang tidak berpunya, tentu harusnya suami saya menyadari ini agar dia bisa memberikan hak atas masa depan anaknya,” kata dia.