"Setelah papa enggak ada, setelah dede keluar dari lapas (LP Nusakambangan) ini, jadi laki-laki kuat, kuat mental dan bisa berjuang di kehidupannya," kata Fikri.
Menjelang Maghrib, petugas lapas sempat memberitahu bahwa jam besuk habis, namun Freddy Budiman meminta waktu tambahan.
Jelang eksekusi matinya, Freddy Budiman ingin menjalankan sholat Isya berjamaah dengan sang anak.
Tangis Fikri pecah kala usai sholat ia melihat petugas lapas datang menjemput sang ayah.
"Shalat isya dipimpin sama dia (Freddy), sehabis shalat dia mimpin doa, apa yang menjadi keinginan dia. Setelah shalat, aku peluk papa dan nangis," lanjut Fikri.
Sampai detik ini, Fikri tak bisa melupakan pesan terakhir sang ayah padanya kala itu.
"Papa pegang pipi aku dua-duanya, papa bilang, 'Papa pergi ya, tolong jaga adik-adiknya. Kamu bisa jadi orang yang sukses, karena papa tahu kamu orang yang kuat. Ingat pesan papa, setelah keluar dari sini, enggak ada kesedihan lagi'," ujar Fikri.
Freddy Budiman kemudian dieksekusi mati pada 29 Juli 2016 sekitar pukul 20.00 WIB.
(*)