Gridhot.ID - Seorang wanita bernama Erlita Dewi belakangan ini menjadi pusat perhatian netizen.
Melansir dari Suar.ID, sebelumnya, Erlita viral setelah suaminya direbut pelakor, yang disebut-sebut adalah sosok teman dekatnya.
Tak sampai di situ, hak asuh anak jatuh ternyata jatuh di tangan mantan suami yang telah menikah lagi.
Mirisnya, ia sulit untuk menemui ke-4 anaknya yang dibesarkan oleh pelakor.
Erlita Dewi mengaku menjalani dengan sabar sambil tetap berusaha mengumpulkan uang dengan harapan dapat membawa anaknya kembali.
Tiga tahun usai bercerai, bak disambar petir di pagi hari, Erlita mendapat kabar duka bahwa anak pertamanya meninggal dunia.
Saat itu Erlita Dewi berada di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Sedangkan putrinya bersama mantan suami berada di Sidoarjo, Jawa Timur.
Erlita Dewi mengaku mencium kejanggalan pada kematian putrinya, dan langsung melaporkan hal tersebut kepada Polres Sidoarjo.
Sementara itu di sisi lain, ayah kandung AP, Agung Wahyudi Rahardi ikut angkat bicara.
Berikut rangkuman fakta selengkapnya seperti dikabarkan Surya.co.id
1. Kabar meninggal dunia
Sabtu (27/3/2021) menjadi hari tak terlupakan bagi Erlita Dewi.
Ia mendapat telepon dari mantan suaminya yang berinisial AR.
Dari balik telepon itu, mantan suaminya mengabarkan putri sulungnya meninggal dunia sekitar pukul 11.00 wita.
Seperti dilansir dari Tribunsultra.com dalam artikel 'Erlita Dewi Ungkap Keganjilan Jenazah Putrinya hingga Lapor Polres Sidoarjo, Ditelepon Mantan Suami'
“Iya bapaknya yang langsung telepon. Dia bilang anaknya sudah tidak ada,” kata Erlita saat dikonfirmasi TribunnewsSultra.com melalui telepon seluler.
“Saya tanya sakit apa, katanya sakit ginjal. Jadi katanya sudah bengkak kakinya. Sudah tidak bisa makan karena susah minum. Katanya kurang minum makanya kena penyakit itu,” jelasnya.
Dia mempertanyakan kenapa AP yang sedang sakit justru tidak dirawat di rumah sakit.
“Terus saya tanya kenapa tidak dirawat di rumah sakit, katanya mendadak tiba-tiba. Kurang lebih seperti itu. Terus menutup telepon karena katanya mau urus jenazah. Saya juga langsung urus tiket juga,” ujar Erlita Dewi.
Awalnya, dia menerima kabar jenazah putrinya tersebut akan dimakamkan pada sore harinya dengan alasan tidak boleh terlalu lama dimakamkan.
“Tapi kan belum 24 jam juga, jadi saya minta tunggu saya datang baru dimakamkan,” kata Erlita.
2. Cium kejanggalan
Hari Sabtu kemarin, dia mendapat kabar bahwa putri sulungnya, AP meninggal dunia.
Karena tidak dapat tiket pesawat hari itu, Erlita Dewi baru bisa terbang ke Sidoarjo hari Minggu.
Dia memang berpesan agar jenazah tidak dimakamkan sebelum dirinya tiba di Sidoarjo.
“Minggu siang baru dimakamkan.
Dan sebelum dimakamkan itu, saya sempat membuka kain kafan anak saya.
Saya melihat ada beberapa kejanggalan di sana,” kisahnya.
Dia melihat ada darah di hidung jenazah anaknya.
Kemudian juga ada memar di dekat hidung sebelah kiri, serta bekas memar di pipi kiri.
3. Lapor polisi
Selain itu, dalam gambar yang sempat diunggahnya di media sosial, ada darah di belakang kepala putrinya.
“Kemudian hari Senin kemarin saya melapor ke Polresta Sidoarjo.
Saya sudah ikhlas, tapi saya ingin semuanya terungkap.
Sekali lagi, saya tidak tahu apakah karena sakit atau karena apa.
Saya cuma ingin mendapat kebenaran.
Apa penyebab kematian anak saya,” lanjutnya sesenggukan.
4. Bongkar makam AP
Sementara itu, berdasarkan laporan dari Erlita Dewi, petugas Polresta Sidoarjo membongkar makam AP yang ada di komplek pemakaman Praloyo, Sidoarjo, Jumat (2/4/2021) siang.
Pembongkaran dilakukan tertutup oleh petugas kepolisian bersama petugas forensik RSUD Sidoarjo. Di atas makam dipasang tenda, kemudian dikeliling penutup.
Setelah makam dibongkar, jenazah putri sulung Erlita Dewi itu diangkat dan dioutupsi di lokasi.
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, jenazah remaja yang selama ini tinggal di Perumahan Taman Tiara Mediteran Sidoarjo itu kembali dimakamkan oleh petugas.
Sekira pukul 13.30 WIB, proses pembongkaran makam dan outopsi itu selesai dilaksanakan.
Erlita Dewi juga terlihat di lokasi.
Bahkan setelah semua petugas meninggalkan area makam, ibu dari almarhum Aghita masih di sana bersama beberapa keluarganya.
Erlita terlihat sangat berduka.
Beberapa puluh menit dia menangis di atas makam sang anak.
Bersama keluarga, Erlita juga sempat menaburkan bunga di makam Aghita, sebelum mereka meninggalkan area pemakaman.
“Harapan saya semua bisa terungkap.
Jika anak saya meninggal karena sakit, bisa terungkap apa penyakitnya.
Dan jika ada yang janggal, polisi bisa mengungkap kejanggalan itu,” ujar Erlita saat ditemui sebelum meninggalkan makam.
5. Hasil autopsi tunggu tim forensik
Ya, berdasar laporan dari Erlita itulah polisi bergerak melakukan penyelidikan.
Termasuk dasar dari pembongkaran makam ini adalah permintaan dari ibu almarhum.
“Petugas sudah memintai keterangan beberapa saksi dan mengumpulkan beberapa alat bukti terkait laporan ini.
Termasuk pembongkaran makam dan pemeriksaan terhadap jenazah juga sudah dilakukan petugas.
Hasilnya, kita tunggu tim forensik yang melakukan pemeriksaan,” kata Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Sumardji.
Menurutnya, penyelidikan terus dilakukan oleh petugas Sat Reskrim Polresta Sidoarjo.
Diharapkan, dalam waktu dekat sudah bisa disimpulkan.
6. Penjelasan ayah kandungnya
Agung Wahyudi Rahardi dan istrinya, Linda Halim nampak terpukul mendengar banyaknya kabar simpang siur mengenai meninggalnya putri mereka, AP (15).
Kabar itu menjadi viral usai diunggah oleh Erlita Dewi yang merupakan mantan istri Agung Wahyudi Rahardi, yang juga merupakan ibu kandung dari AP.
Kepada wartawan, Agung Wahyudi Rahardi dan Linda Halim, ibu sambung AP menegaskan, jika meninggalnya AP bermula saat diagnosa dokter mengenai kebocoran pada ginjalnya.
"Saya membawa anak saya ke rumah sakit Delta Surya Sidoarjo sendiri bersama suami. Sekitar tanggal 17 Maret, itu pun bolak balik mulai dari dokter spesialis penyakit dalam, kemudian diarahkan ke dokter spesialis jantung, lalu diminta lagi ke dokter spesialis penyakit dalam lagi. Semua itu upaya ikhtiar kami mengobati anak kami," kata Linda, Sabtu (3/4/2021).
Menurut petunjuk dokter, saat diperiksa kondisi AP tampak baik. Dokter hanya memberikan resep obat agar AP tetap bisa dilakukan rawat jalan.
Selepas pengobatan rawat jalan, kondisi AP tampak mulai membaik. Pembengkakan di kaki dan wajah juga sudah mulai menghilang.
Namun pada tanggal 27 Maret 2021, Linda yang semula sempat bercengkrama dengan AP dan tiga anak sambungnya itu seperti biasa hendak melakukan tugas sebagai ibu rumah tangga umumnya.
"Saat saya mau masakin anak-anak, anak saya (AP) ini teriak-teriak panggil mama... mama, begitu. Saya langsung ke kamarnya, dia minta gendong. Saya langsung teriak ke asisten rumah tangga saya buat bikinkan air gula. Saya juga panggil papanya anak-anak. Saat itu saya tanya, mana yang sakit nak, anak saya (AP) cuma bilang gendong mama," cerita Linda.
Karena panik, AP kemudian dibawa ke rumah sakit dan di sana putri mereka sudah dinyatakan meninggal dunia.
"Kami satu mobil sempat tidak percaya. Anak saya itu ngobrol sama saya meskipun kesakitan itu saya peluk. Minta air minum katanya haus. Itu di dalam mobil saya bilang, sabar ya nak," tambahnya.
Setelah dinyatakan meninggal, Agung kemudian meminta dokter untuk melakukan upaya medis dengan memberikan kejut jantung.
"Kami memang meminta, karena tidak percaya secepat itu anak saya pergi. Dokter memang sarankan, kalau dikejut itu organnya bisa rusak. Tapi tetap kami minta karena saya yakin anak saya masih ada," ujarnya.
Setelah hampir tiga jam menunggu tindakan medis, upaya Agung dan Linda tak bisa melampaui takdir.
Agung yang kemudian pasrah, mencoba menghubungi Erlita, mantan istri dan ibu kandung AP mengabarkan kematian anaknya itu.
"Karena atas permintaan ibu kandungnya, AP agar disemayamkan esok harinya dan diminta formalin. Namun saya menolak awalnya. Namun untuk menghindari kesalahpahaman akhirnya saya ikuti, tapi tetap menolak kalau diformalin. Kemudian alternatifnya ya jenazah disimpan dalam lemari pendingin di kamar jenazah," sambung Agung.
Agung menjelaskan, saat memandikan jenazah AP, tidak ada sedikitpun darah yang keluar dari bagian tubuh anaknya itu.
"Saya sendiri ikut memandikan. Termasuk ada petugas rumah sakit yang ikut memandikan. Ada saksinya. Itu tidak ada keluar darah," imbuhnya.
Baru kemudian tanggal 28 Maret 2020, kondisi jenazah yang ditutup plastik yang disebut sebagai protokol Covid itu ditemui oleh Erlita.
"Kami juga tidak tahu. Darah itu baru keluar pada saat ibu kandungnya mencium jenazah AP atau memegangnya," ujarnya.
Agung dan Linda merasa pemberitaan di luar tersebut begitu menyudutkan dan hanyalah sebuah penggalan dari konstruksi cerita yang sebenarnya.
"Kami juga merasa perlu memanggapi dan meluruskan kabar di luaran sana yang hanya sepenggal-sepenggal. Tidak benar kami tidak memperlakukan anak kami dengan tidak baik. Ayah mana yang tega melihat anak kandungnya menderita," lanjutnya
Saat diminta untuk autopsi, pihak Agung dan Linda awalnya sempat ragu karena tidak tega melihat jenazah anaknya kembali dibongkar, namun karena adanya kepentingan penyidikan, akhirnya Agung bersikap kooperatif dan menandatangani pembongkaran makam buah hatinya itu.
"Kami akan kooperatif. Apapun yang dibutuhkan kepolisian untuk mengetahui penyebab kematian anak saya, saya akan kooperatif. Awalnya saya menolak karena tidak tega. Ayah mana yang tega melihat jenazah anaknya dibongkar. Tapi untuk kepentingan penyidikan sekali lagi kami akan kooperatif," tandasnya.(*)