Menurut komandan angkatan laut Gabriel Galeazzi, kapal selam itu muncul dan melaporkan terjadinya "korsleting" di baterai kapal.
Kapal selam itu diperintahkan untuk mempersingkat misinya dan segera kembali ke pangkalan angkatan laut di Mar del Plata.
Kontak terakhir angkatan laut Argentina dengan kapal itu sekitar pukul 07:30 waktu setempat pada 15 November, di mana kaptennya dikabarkan mengkonfirmasi bahwa awaknya baik-baik saja.
Delapan hari setelah kapal selam itu menghilang, Organisasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir yang berbasis di Wina mengatakan bahwa mereka telah mendeteksi suara beberapa jam setelah kontak terakhir kapal selam itu.
Lembaga itu, yang mengoperasikan jaringan pos pendengaran untuk memantau ledakan nuklir, mengatakan bahwa telah terjadi "anomali hidro-akustik" sekitar 30 mil laut (60 km) utara dari posisi terakhir kapal selam.
Angkatan Laut Argentina mengatakan itu mungkin suara kapal selam yang meledak.
Juru bicara Angkatan Laut Enrique Balbi mengatakan bahwa air telah memasuki snorkel kapal selam, yang digunakan untuk mengambil udara dari atas permukaan saat kapal selam itu tenggelam.
Air asin menetes ke baki baterai di haluan, menyebabkan baterai korsleting dan membara, katanya.
Sebuah video yang diunggah channel Kostack Studio "Submarine ARA San Juan Simulation (Implosion + Sinking), similar to KRI Nanggala 402" yang menampilkan simulasi kerusakan kapal selam ARA San Juan dengan gambar 3D (3 dimensi) pun menjadi pembahasan sejumlah kalangan.
Source | : | Kompas.com,intisari-online |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar