Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Guru Besar UGM sebut TWK KPK Berpotensi Jadi Alat untuk Singkirkan Siapa Saja yang Tak Sejalan dengan Penguasa Layaknya Litsus Masa Orde Baru

Angriawan Cahyo Pawenang - Kamis, 10 Juni 2021 | 07:42
Logo Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Gedung KPK.
KOMPAS.com/DYLAN APRIALDO RACHMAN

Logo Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Gedung KPK.

Gridhot.ID - Hingga detik ini Tes Wawasan Kebangsaan KPK masih terus menjadi sorotan masyarakat.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews sebelumnya, TWK yang mampu menyingkirkan beberapa penyidik KPK tersebut masih terus diselidiki karena diduga memiliki kejanggalan.

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Sigit Riyanto mengatakan, penelitian khusus atau litsus pada masa Orde Baru (Orba) digunakan untuk mengeluarkan warga yang dianggap tidak sejalan dengan penguasa.

"Orde Baru, menerapkan kebijakan litsus dan saringan bersih lingkungan untuk mengeksklusi (mengeluarkan) warga bangsa yang dianggap tidak sejalan dengan kehendak penguasa dan menyingkirkan siapa saja yang dianggap potensial sebagai ancaman terhadap rezim," kata Sigit kepada Kompas.com, Rabu (9/6/2021).

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Sigit mengungkapkan hal itu merespon pernyataan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Tjahjo Kumolo yang menyamakan tes wawasan kebangsaan (TWK) pegawai KPK sebagai syarat alih status sebagai ASN, dengan litsus era Orba.

Baca Juga: Nasibnya Berubah Drastis Sejak Kemunculannya 11 Tahun Lalu, Sinta Jojo Keong Racun Kini Punya Kehidupan yang Jauh Berbeda dari Awal Ketenarannya, Begini Kondisi Keduanya Sekarang

Menurut Sigit, TWK yang dilaksanakan juga berpotensi dipakai sebagai alat untuk menyingkirkan siapa saja yang dianggap tak sejalan dengan kepentingan pemegang kuasa pada institusi tertentu.

Terlebih, jika pelaksanaan tes tersebut tanpa ada penjelasan masuk akal tentang relevansi dengan kinerja, misi dan reputasi institusi terkait.

"Jika rekrutmen dilakukan tanpa standar yang jelas, obyektif dan transparan, patut diduga ada masalah dalam desain dan proses rekrutmen tersebut," ujarnya.

"Atau dari awal memang dimaksudkan untuk tidak meloloskan calon-calon tertentu yang tidak dikehendaki dengan beragam dalih, justifikasi dan kepentingan tersembunyi," lanjut dia.

Litsus, kata Sigit, yang dilaksanakan tanpa maksud yang jelas dan sebenarnya, hanya dilakukan untuk menyingkirkan orang yang dianggap sebagai kelompok ekstrem kiri, kanan, tengah, atau kelompok apapun namanya yang tak sejalan dengan kebijakan penguasa.

Baca Juga: Namanya Langsung Jadi Trending Topic, Gofar Hilman Disebut Ngacak-acak Bagian Sensitif Perempuan Ini, Sang Mantan Penyiar Radio: Biar Sama-sama Enak...

Source :Kompas.com tribunnews

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x