Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bikin Parno Masyarakat di Tengah Darurat Pandemi, Guru Besar UGM Buka Suara Soal Isu Interaksi Obat Bisa Buat Pasien Covid-19 Meninggal

Nicolaus - Rabu, 14 Juli 2021 | 08:42
ilustrasi obat
pixabay

ilustrasi obat

Gridhot.ID-Kondisi pandemi corona di Indonesia yang makin meningkat membuat masyarakat semakin was-was.

Danyak masyarakat yang akhirnya berbondong-bondong membeli obat maupun vitamin yang dirasa bisa memperkuat imun.

Namun, baru-baru ini ramai beredar soal isu interaksi obat luar yang justru bisa memperparah pasien Covid-19 bahkan hingga menyebabkan meninggal dunia.

Baca Juga: Pernah Kepincut Pesona Nikita Mirzani, Begini Kabar Samuel Rizal, Mantan Kekasih Nyai Betah Menduda dan Sibuk Bisnis Ini

Hal ini pun langsung mendapat tanggapan dari guru Besar Fakultas Farmasi UGM.

Dilansir dari Kompas.com, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Zullies Ikawati menegaskan, interaksi obat tidak serta merta membuat seseorang meninggal dunia termasuk pasien Covid-19.

"Interaksi obat tidak semudah itu membuat mati. Dan hal ini menunjukkan juga perlunya kerjasama antar tenaga kesehatan dalam memberikan terapi kepada pasien, sehingga dapat memantau terapi dengan lebih cermat," kata dia mengutip dari Kompas.com, Senin (12/7/2021).

Baca Juga: TNI AU Buka Lowongan CPNS 2021, Ketahui Kualifikasi Pendidikan yang Dibutuhkan, Berikut Persyaratannya

Zullies menjelaskan interaksi obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain ketika digunakan bersama-sama pada seorang pasien.

Sebenarnya interaksi ini tidak semuanya berkonotasi berbahaya karena sifat interaksi itu bisa bersifat sinergis atau antagonis.

“Bisa meningkatkan, atau mengurangi efek obat lain. Interaksi obat juga ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Jadi, tidak bisa digeneralisir dan harus dikaji secara individual," kata dia.

Menurut dia, banyak kondisi penyakit yang membutuhkan lebih dari satu macam obat, apalagi jika penyakitnya lebih dari satu. Bahkan, satu penyakit pun bisa membutuhkan lebih dari satu obat seperti hipertensi.

Pada kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat tunggal maka dapat ditambahkan obat antihipertensi yang lain, bahkan bisa kombinasi 2 atau 3 obat antihipertensi.

Baca Juga: Perceraiannya dengan dr Tirta Sempat Disembunyikan, Inilah Medisca Rhoza, Dokter Cantik Alumnus UGM Yogyakarta, Tetap Akur Meski Sudah Pisah

"Pada Covid yang bergejala sedang sampai berat misalnya, sangat mungkin diperlukan beberapa obat untuk mengatasi berbagai gejala tersebut. Justru jika tidak mendapatkan obat yg sesuai dapat memperburuk kondisi dan menyebabkan kematian," ungkap Zullies.

Dia mengaku, interaksi obat bisa merugikan jika adanya suatu obat dapat menyebabkan berkurangnya efek obat lain yang digunakan bersama.

Bisa juga, sambung dia, adanya suatu obat yang memiliki risiko efek samping yang sama dengan obat lain yang digunakan bersama, sehingga akan semakin meningkatkan risiko total efek sampingnya.

Baca Juga: Sebut Vaksinasi Mandiri Berbayar Tak Sentuh Dana APBN Sedikitpun, Erick Thohir Yakin Harga Vaksin Sudah Sangat Wajar Sesuai Kajian Ini

Jika efek samping tersebut membahayakan, tentu hasil akhirnya akan membahayakan.

Dia memberi contoh obat azitromisin dan hidroksiklorokuin yang sama-sama memiliki efek samping mengganggu irama jantung maka bisa terjadi efek total yang membahayakan jika digunakan bersama.

Selain itu, peningkatan efek terapi suatu obat akibat adanya obat lain juga dapat berbahaya jika efek tersebut menjadi berlebihan.

Lalu, bagaimana menghindari interaksi obat?

Menurut Zullies sebetulnya itu tergantung dari mekanisme interaksinya, apakah pada aspek farmakokinetik (memengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lain) atau farmakodinamik (ikatan dengan reseptor atau target aksinya).

Baca Juga: Perceraiannya dengan dr Tirta Sempat Disembunyikan, Inilah Medisca Rhoza, Dokter Cantik Alumnus UGM Yogyakarta, Tetap Akur Meski Sudah Pisah

Ada interaksi obat yang bisa dihindari dengan cara mengatur cara pemberiannya supaya tidak diberikan dalam satu waktu.

Ada pula, sambung dia, yang diatur dengan cara menyesuaikan dosis, atau bahkan ada yang dihindari dengan mengganti sama sekali dengan obat lain yang kurang berinteraksi.

"Sekali lagi, hal ini tidak bisa digeneralisir dan harus dilihat kasus demi kasus secara individual. Bahkan, kadang tidak semua kejadian interaksi obat itu bermakna klinis, walaupun secara teori ada kemungkinan interaksi," ujar Zullies.

Baca Juga: Sumringah Foto Sebelahan dengan Putri Anne, Penampilan Indah Permatasari Malah Dicibir, Balasan Istri Arie Kriting: Lo Komen Ini Karena Iri

Berikutpenjelasan guru besar UGM terkait dengan pembicaraan di masyarakat yang mengangap kalau interaksi obat membuat pasien Covid-19 meninggal. Gimana? Sudah jelas kan sekarang? (*)

Source :Kompas.com HAI-ONLINE

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x