Pergeseran pergerakan teroris kini sudah berbaur di tengah-tengah masyarakat dengan label sosial, agama, pendidikan, yang notabene mudah diterima sehingga mudah melakukan infiltrasi pemahaman di masyarakat.
"Masyarakat perlu mewaspadai adalah indikator-indokator mana kelompok yang masuk ke jaringan mereka.
Semisal ada kelompok menarasikan kebencian berlebihan atas nama apapun meski ada dalil agama jangan langsung diikuti," ucapnya.
Ia menilai, diperlukan kecerdasan literasi atau critical analisys di masyarakat yang mampu membaca motif gerakan jaringan tersebut yang endingnya pendirian negara syariah atau khilafah.
Semisal Masyarakat cerdas dalam menghadapi gerakan tersebut secara alamiah kelompok tersebut akan tersingkir.
"Ketika menemukan kelompok tersebut harus ditolak tak perlu berdebat lama karena namanya ideologi Pancasila sudah final dalam berbangsa dan bernegara," bebernya.
Tak hanya itu, menurut Syamsul, kelompok tersebut juga bergerak masif di dunia maya untuk merekrut, menyebarkan radikalisme dengan menyebarkan konten-konten hoax dan propoganda.
Ia menambahkan, seharusnya masyarakat sudah cerdas membedakan mana muatan di dunia maya yang memecah belah bangsa bahkan kalau perlu melakukan kontra narasi.
"Apalagi di era pandemi ini, sasaran mereka tentu lemahnya pemerintah seperti kegagalan program, ketidakadilan dan sebagainya. Mereka senang menunganggi isu-isu seperti itu," imbuhnya.
(*)