Gridhot.ID - Aparat Kepolisian memang kini berhasil sapu bersih terduga teroris yang ada di Jawa Tengah akhir-akhir ini.
Dikutip Gridhot dari Kompas.ID, beberapa orang ditangkap di berbagai wilayah salah satunya di Pekalongan, Jawa Tengah.
Terduga pelaku sehari-harinya diketahui merupakan penjual batik Pekalongan.
Kini Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jateng meminta semua pihak untuk tetap waspada selepas adanya penangkapan sejumlah terduga teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) di berbagai daerah di Jateng.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jateng, pasalnya, bisa saja para anggota JI yang belum tertangkap melakukan aksi balas dendam atas penangkapan tersebut.
"Keinginan balas dendam pasti ada, apalagi mereka memiliki motif yang masif dan terstruktur yang tentunya ingin mengegolkan tujuan mereka.
Akan tetapi negara tak boleh kalah dengan kelompok-kelompok tersebut," Ketua FKPT Jawa Tengah Syamsul Ma’arif saat dihubungi Tribunjateng.com, Sabtu (14/8/2021).
Ia mengatakan, gerakan kelompok teroris tersebut sangat dinamis dan menunggu momentum strategis untuk melakukan aksinya.
Masyarakat tak boleh lengah sedikit pun, apalagi pusaran-pusaran mereka sudah ada di tengah-tengah masyarakat.
Mereka juga memiliki strategi efektif dalam penyebaran ideologi, infiltrasi, jaringan, pemetaan terhadap gerakan mereka.
"Kita sudah melakukan apapun, hal yang sama juga dilakukan oleh mereka," terangnya.
Menurutnya, penangkapan jaringan JI oleh Densus 88 merupakan hasil dari kewaspadaan oleh aparat penegak hukum yang mampu memetakan gerakan-gerakan jaringan tersebut.
Di samping itu, masyarakat perlu waspada dan harus melakukan kontra radikalisme agar mampu mereduksi kekuatan mereka.
Ia melanjutkan, penangkapan tersebut bisa juga melumpuhkan kekuatan mereka.
Meski demikian, hal itu tak mengendorkan proses kontra radikalisme lantaran ide dan konsep jaringan tersebut sudah menyebar kemana-mana.
"Kita harus terus waspda dan terus melakukan perlawanan dengan gerakan-gerakan kontra radikalisme," katanya.
Ia menjelaskan, mulai tahun 2020 telah memetakan penyebaran jaringan teroris yang ternyata telah menggunakan ruang-ruang terbuka.
Tak heran mereka saat ini mampu berbaur dengan masyarakat sekitar.
Kesan teroris yang tertutup dan eksklusif sudah mulai ditinggalkan.
Pergeseran pergerakan teroris kini sudah berbaur di tengah-tengah masyarakat dengan label sosial, agama, pendidikan, yang notabene mudah diterima sehingga mudah melakukan infiltrasi pemahaman di masyarakat.
"Masyarakat perlu mewaspadai adalah indikator-indokator mana kelompok yang masuk ke jaringan mereka.
Semisal ada kelompok menarasikan kebencian berlebihan atas nama apapun meski ada dalil agama jangan langsung diikuti," ucapnya.
Ia menilai, diperlukan kecerdasan literasi atau critical analisys di masyarakat yang mampu membaca motif gerakan jaringan tersebut yang endingnya pendirian negara syariah atau khilafah.
Semisal Masyarakat cerdas dalam menghadapi gerakan tersebut secara alamiah kelompok tersebut akan tersingkir.
"Ketika menemukan kelompok tersebut harus ditolak tak perlu berdebat lama karena namanya ideologi Pancasila sudah final dalam berbangsa dan bernegara," bebernya.
Tak hanya itu, menurut Syamsul, kelompok tersebut juga bergerak masif di dunia maya untuk merekrut, menyebarkan radikalisme dengan menyebarkan konten-konten hoax dan propoganda.
Ia menambahkan, seharusnya masyarakat sudah cerdas membedakan mana muatan di dunia maya yang memecah belah bangsa bahkan kalau perlu melakukan kontra narasi.
"Apalagi di era pandemi ini, sasaran mereka tentu lemahnya pemerintah seperti kegagalan program, ketidakadilan dan sebagainya. Mereka senang menunganggi isu-isu seperti itu," imbuhnya.
(*)
Source | : | kompas.id,Tribun Jateng |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar