Dalam 1.100 tahun antara tahun 1.550 dan 2.650, ada 408 Bulan Baru Musimam dan 456 Bulan Baru Tahunan.
"Dengan demikian, baik musiman maupun bulanan, Bulan Biru terjadi kira-kira setiap dua atau tiga tahun," ujar Andi.
Sementara, Bulan Biru yang benar-benar berwarna biru dapat terjadi sangat langka dan tidak ada hubungannya dengan kalender, fase bulan atau jatuhnya musim, melainkan akibat dari kondisi atmosfer.
Kenapa disebut Bulan Biru?
"Itu karena abu vulkanik dan kabut asap, droplet di udara, atau jenis awan tertentu dapat menyebabkan Bulan Purnama tampak kebiruan," jelas Andi.
Wilayah yang dapat menyaksikan
Bagi yang tertarik menyaksikan fenomena Bulan Biru, fenomena ini bisa dilihat di seluruh wilayah Indonesia.
Puncak Bulan Biru berlangsung pada pukul 19.01.56 WIB atau 20.01.56 WITA atau 21.01.56 WIT.
"Jadi, sejak Matahari terbenam (sesuai geografis masing-masing) hingga sebelum terbit Matahari sudah bisa disaksikan," ujar Andi. Kemunculan Bulan Biru ini berawal dari arah timur-tenggara hingga barat-bara laut.
Sementara, untuk lintang 1-2 derajat lintang utara, Bulan berkulminasi di zenit atau tepat di atas kepala penonton.