“Ini adalah salah satu virus yang benar-benar perlu kita perhatikan,” jelas John Lednicky, seorang profesor peneliti di departemen Kesehatan Lingkungan dan Global Universitas Florida, mengatakan kepada USA Today.
Kemunculan kembali virus Nipah semakin memperumit masalah di negara yang sudah bergulat dengan dampak Covid-19, di mana lebih dari 30.000 kasus Covid-19 baru dilaporkan pada hari Senin.
Baca Juga: Foto Pakai Seragam TNI, Arya Saloka Dipuji Tampan, Pemeran Aldebaran Ungkap Hal Ini
Apa itu virus Nipah?
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, Virus Nipah pertama kali ditemukan di Malaysia dan Singapura pada 1999 setelah banyak hewan babi dan manusia jatuh sakit.
Sejauh ini, Nipah merupakan satu-satunya wabah yang hanya terjadi di Asia.
Virus ini diklasifikasikan sebagai virus zoonosis yang awalnya menyebar dari hewan ke manusia. Virus ini juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi dan secara langsung di antara orang-orang.
Virus Nipah tidak terkait dengan Covid-19, tetapi mungkin memiliki sumber asal yang sama, yakni kelelawar.
Inang virus ini adalah kelelawar buah, juga dikenal sebagai rubah terbang karena ukurannya yang besar.
Lednicky mengatakan babi sangat rentan terhadap virus dan dapat bersentuhan dengannya melalui bahan buah yang dikonsumsi kelelawar.