Gridhot.ID - Laut Natuna memang sedang memanas akhir-akhir ini.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com sebelumnya kapal perang China ketahuan sedang mondar-mandir di Laut Natuna Utara hingga membuat takut nelayan Indonesia.
Setelah insiden tersebut kini laut Natuna kembali didatangi kapal negara lain.
Dikutip Gridhot dari Warta Kota, sebuah fakta ironi dirasakan nelayan tradisional Indonesia di perairan Laut Natuna.
Mereka diusir sebuah kapal Vietnam padahal mencari ikan di daerahnya sendiri.
Anggota DPR Dave Laksono pun meminta TNI melakukan latihan perang di perairan Natuna.
Tujuannya untuk memperjelas kedaulatan RI di perairan tersebut.
Laut Natuna adalah tempat pertama kali ditenggelamkannya kapal asing Era Menteri KKP Susi Pudjiastuti.
Sebelumnya beredar video sebuah kapal nelayan tradisional Natuna mendapat intimidasi dari kapal coast guard Vietnam saat mencari ikan di perairan Natuna Utara.
Hal ini dibenarkan oleh Ketua Aliansi Nelayan Natuna Hendri mengatakan.
“Kronologi dari kejadian ini adalah ketika nelayan Natuna sedang menangkap ikan di wilayah tersebut, didatangi oleh coast guard Vietnam, nelayan natuna diusir bahkan didempet”, ungkap Hendri dalam sebuah video yang diterima Kompas TV.
Ia menyebut, beruntung nelayan Natuna kemudian mendapatkan perlindungan dari angkatan laut Indonesia yang saat itu tengah berjaga.
“Ketika itu ada kapal angkatan laut kita, yang ikut membantu nelayan natuna melindungi dari pengejaran kapal coast guard tersebut. kapal angkatan laut kita menurunkan raider mereka untuk menghalangi kapal coast guard memburu nelayan Natuna”, tambahnya.
Ia menyebut, kondisi di perairan Natuna Utara saat ini tidak bisa dikatakan aman, lantaran banyaknya aktivitas kapal ikan asing yang juga menangkap ikan di perairan Indonesia.
“Di laut Natuna itu tidak aman Pak. Ada aktivitas kapal ikan asing yang menangkap asing di laut Natuna Utara, kemudian ada coast guard mereka yang senantiasa melindungi kapal-kapal ikan asing tersebut.
"Kadang kala kapal coast guard ini memburu dan mengejar nelayan Natuna dan mengusir nelayan Natuna dari perairan itu. Padahal perairan itu adalah laut Indonesia”, pungkasnya.
Sebelumnya, manuver kapal-kapal China memasuki perairan Laut Natuna.
Hal itu membuat Badan Keamanan Laut (Bakamla) sebagai penjaga teritorial dan yurisdiksi Indonesia pun gerah.
Sebab, jumlah kapal-kapal tersebut mencapai ribuan dan tidak terbaca di radar, melainkan hanya terlihat dengan pandangan mata.
Ribuan kapal ini disebut masuk ke Indonesia melalui perairan Laut China Selatan.
"Begitu dilihat kasat mata ataupun langsung pengamatan udara, itu bahkan sampai ratusan, mungkin ribuan kapal yang ada di sana," kata Sekretaris Utama Bakamla Laksda S Irawan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR RI, Senin (13/9).
Tidak hanya itu, Irawan juga mengungkapkan bahwa kapal-kapal China itu kerap mengganggu kegiatan pertambangan kapal milik Indonesia.
Menurut Irawan, kapal berbendera Indonesia di bawah Kementerian ESDM juga tak luput menjadi sasaran.
Menghadapi situasi tersebut, Bakamla justru memiliki sejumlah hambatan sarana prasarana.
Salah satunya jumlah kapal yang hanya berjumlah 10 unit. Selain itu, Bakamla bahkan tidak mempunyai armada untuk pemantauan udara.
Bakamla adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang bertanggung jawab kepada Presiden RI dan Menko Polhukam dengan tugas utama melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia.
Lembaga ini lahir lewat Perpres 81/2005 dengan nama Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), lalu bersalin nama jadi Bakamla dengan dasar hukum UU 32/2014 tentang Kelautan.
(*)