Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bakal Hiasi Langit Indonesia Mulai Hari Ini, Berikut Sederet Fenomena yang akan Ramaikan Pemandangan Langit Sepanjang Oktober 2021

Desy Kurniasari - Minggu, 03 Oktober 2021 | 05:42
deretan fenomena langit di bulan Oktober 2021.
Pixabay

deretan fenomena langit di bulan Oktober 2021.

GridHot.ID - Terdapat sejumlah fenomena langit di bulan Oktober 2021 ini.

Mulai dari hari tanpa bayangan, hingga hujan meteor.

Melansir Tribunkaltim.co, teman-teman juga harus mencatat tanggalnya, agar tidak terlewat menyaksikannya saat di rumah.

Baca Juga: Heboh Fenomena Bayi 10 Bulan Dijadikan Manusia Silver, Sang Ibu Ngaku Tak Tahu Anaknya Dibawa Minta-Minta, Ini Tanggapan Kemensos

Di bulan Oktober ini, ada beberapa fenomena langit yang bisa teman-teman saksikan dari rumah.

Mengutip Kompas.com, pada bulan Oktober 2021 ini, sejumlah fenomena-fenomena menarik akan menghiasi langit Indonesia baik di siang maupun malam hari. Empat puncak hujan meteor akan meramaikan pemandangan langit sepanjang Oktober ini.

Berikut beberapa fenomena langit Oktober 2021, yang bisa Anda saksikan dan pastikan catat tanggalnya.

Baca Juga: Hot News! Badai Matahari Disebut Sebabkan Kiamat Internet, Begini Penjelasan Ilmiahnya

1. Aphelion Venus : 3 Oktober 2021

Aphelion secara umum adalah konfigurasi ketika planet berada di titik terjauh dari Matahari. Hal ini disebabkan oleh orbit planet yang berbentuk elips dengan Matahari terletak di salah satu dari kedua titik fokus orbit tersebut.

Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lapan BRIN, Andi Pangerang mengatakan, aphelion Venus terjadi setiap rata-rata 225 hari sekali atau dalam lima tahun terjadi delapan kali.

Aphelion Venus kali ini terjadi pada 3 Oktober 2021 pukul 11.07 WIB, 12.07 Wita, 13.07 WIT dengan jarak 108.942.000 km dari Matahari.

Aphelion Venus sebelumnya sudah terjadi pada 20 Februari 2021 dan akan terjadi kembali pada 15 Mei dan 26 Desember 2022.

2. Konjungsi Solar Mars: 8 Oktober 2021

Fenomena langit kedua yakni konjungsi Solar Mars merupakan konfigurasi ketika Mars, Matahari dan Bumi berada pada satu garis lurus dan Mars terletak sejajar dengan Matahari.

Baca Juga: Ngeri! Viral Fenomena Langka Ratusan Burung Pipit Berjatuhan di Tanah Kuburan, BKSDA Ungkap Penyebab yang Bikin Geger

Puncak konjungsi solar Mars terjadi pada 8 Oktober pukul 11.29 WIB, 12.29 Wita, 13.29 WIT. Mars berjarak 243.738.000 km dari Matahari dengan magnitudo +1,65.

Sayangnya, kata Andi, fenomena yang satu ini tidak bisa dilihat bahkan dengan bantuan alat optik apapun. Sebab, terjadi tepat di siang hari di saat pencahayaan dari Matahari sangat menganggu penglihatan ke arah langit.

3. Puncak hujan meteor Draconid: 8 Oktober 2021

Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo menambahkan, ada fenomena menarik lainnya yang bisa disaksikan oleh masyarakat Indonesia di bulan Oktober ini. Fenomena tersebut adalah puncak hujan meteor Draconid.

Baca Juga: Laut Selatan Jawa Bercahaya di Tengah Malam, Ahli Oseanografi Singgung Soal 'Milky Seas', Berikut Penjelasannya

Hujan meteor Draconid adalah hujan meteor yang terkenal dengan variasi intensitasnya dan di masa silam pernah memproduksi beberapa badai meteor (mendekati 1.000 meteor per jam).

Puncak dari fenomena hujan meteor Draconoid ini bisa disaksikan sepanjang malam sejak pukul 20.00 hingga terbitnya fajar, pada 8 Oktober 2021.

4. Konjungsi Bulan - Venus: 9 Oktober 2021

Konjungsi Bulan dan Venus adalah peristiwa seakan berkumpulnya Bulan dan planet Venus dalam satu lokasi yang sama jika dilihat dari Bumi. Keduanya akan nampak dalam satu garis lurus.

Fenomena langit Oktober ini bisa diabadikan dengan kamera, lebih baik bila dikombinasikan dengan teknik astrofotografi. Konjungsi terjadi di kala senja setelah terbenamnya Matahari, pada 9 Oktober 2021.

5. Konjungsi Inferior Merkurius: 9-10 Oktober 2021

Konjungsi Inferior adalah konfigurasi ketika Bumi, Merkurius dan Matahari berada pada satu garis lurus.

Baca Juga: Catat Jam dan Tempatnya! Indonesia Bakal Kebagian Pemandangan Fenomena Langka Bulan Biru, Berikut Penjelasan LAPAN

Konjungsi inferior sama seperti fase Bulan baru pada Bulan, sehingga Merkurius tidak tampak baik ketika senja maupun fajar. Konjungsi inferior Merkurius menandai pergantian ketampakan Merkurius dari senja ke fajar.

Konjungsi inferior kali ini terjadi pada tanggal 9 Oktober 2021 pukul 23.11 WIB atau 10 Oktober 2021 pukul 00.11 Wita, 01.11 WIT dengan sudut pisah 1,9 derajat.

6. Merkurius ketika fajar: 17 Oktober 2021

Setelah Merkurius mengalami ketampakan terakhir ketika senja dan konjungsi inferior, Merkurius teramati kembali ketika fajar sejak tanggal 17 Oktober.

Baca Juga: Latah Konten TikTok 'Ganteng, Review Saldonya', Peneliti LIPI Soroti Pengaruh Fenomena Pamer Harta di Kehidupan Masyarakat

Merkurius dapat disaksikan saat awal fajar bahari dari arah timur selama 20 menit dan terletak dekat konstelasi Virgo.

Magnitudo Merkurius sebesar +1,16 dan Merkurius berjarak 46.460.000 km dari Matahari.

7. Puncak hujan meteor Epsilon Geminid: 18-19 Oktober 2021

Epsilon Geminid adalah hujan meteor yang titik radian (asal kemunculan meteor)-nya terletak di konstelasi Gemini dekat bintang Epsilon Geminorium.

Fenomena hujan meteor ini aktif sejak 14 hingga 27 Oktober mendatang, dan intensitas meteor maksimumnya terjadi pada 19 Oktober 2021 pukul 05.00 WIB, 06.00 Wita, 07.00 WIT.

8. Puncak hujan meteor Orionid: 20 Oktober 2021

Fenomena puncak hujan meteor lainnya yang bisa Anda saksikan bulan ini adalah hujan meteor Orionid.

Baca Juga: Ramalannya Jarang Meleset, Baba Vanga Prediksi Kapan Terjadinya Kiamat Besar, Diawali Fenomena Ini di Kutub Utara

Hujan meteor Orionid adalah hujan meteor yang terkenal karena meteor-meteornya bersumber dari remah-remahan komet Halley yang legendaris.

Meteor-meteor Orionid memasuki atmosfer Bumi pada kecepatan 67 km/detik. Hujan meteor ini hanya bisa disaksikan sejak tengah malam hingga terbitnya fajar.

9. Perihelion Merkurius: 20 Oktober 2021

Perihelion secara umum adalah konfigurasi ketika planet berada di titik terdekat dari Matahari. Hal ini disebabkan oleh orbit planet yang berbentuk elips dengan Matahari terletak di salah satu dari kedua titik fokus orbit tersebut.

Baca Juga: Bikin Penyintas Covid-19 Tambah Resah, Gejala 'Long Covid' Bikin Masa Isolasi hingga Berbulan-bulan, Berikut Cara Pengobatannya

Andi menjelaskan, Perihelion Merkurius terjadi setiap rata-rata 88 hari sekali atau dalam setahun terjadi empat kali.

Perihelion Merkurius kali ini terjadi pada 20 Oktober 2021 pukul 06.51 WIB, 07.51 Wita, 08.51 WIT dengan jarak 46 juta kilometer dari Matahari.

Perihelion Merkurius sebelumnya sudah terjadi pada 29 Januari, 27 April dan 24 Juli 2021. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 16 Januari, 14 April, 11 Juli dan 7 Oktober 2021.

10. Puncak hujan meteor Leonis: 25 Oktober 2021

Leonis Minorid adalah hujan meteor yang titik radian (asal kemunculan meteor)-nya terletak di konstelasi Leo Minor, dekat konstelasi Leo.

Hujan meteor ini aktif sejak 19 hingga 27 Oktober mendatang, dan intensitas meteor maksimumnya terjadi pada 25 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB, 10.00 Wita, 11.00 WIT.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Penyebab Gagal Terima Vaksin, Fenomena Fobia Jarum Suntik Masih Banyak Dialami Masyarakat, Direktur Pusat Studi Psikologi Ubaya Beri Tips Mengatasinya

Sehingga, hujan meteor ini dapat disaksikan dari arah Timur Laut sejak pukul 03.00 waktu setempat hingga 20 menit sebelum terbit Matahari. Intensitas maksimum saat titik radiannya berada di zenit sebesar 3 meteor per jam.

11. Konjungsi Bulan - Pollux: 28 Oktober 2021

Pollux merupakan bintang utama di konstelasi Gemini. Bintang ini berkonjungsi dengan Bulan, puncaknya terjadi pada pukul 03.40 WIB, 04.40 Wita, 05.40 WIT dengan sudut pisah 2,1°.

Akan tetapi, fenomena ini sudah dapat disaksikan dari arah timur laut hingga utara sejak tengah malam hingga 20 menit sebelum terbit Matahari dengan sudut pisah 2,1°-2,5°.

Baca Juga: Jauh Lebih Aneh dari Fenomena di Jeneponto, Fenomena Alam di Daerah Ini Perlihatkan Matahari Terbit Berbentuk Tanduk Iblis, Berikut Penjelasannya

Bulan berfase sabit akhir dengan iluminasi 60,2 persen -59,4 persen sedangkan Pollux bermagnitudo +1,15.

(*)

Source :Kompas.comTribunKaltim.co

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x