Dilansir dari asiapacificreport.nz pada Rabu (3/11/2021) via Intisari-Online.com, kisah Max bermula pada tahun 1991 ketika seorang pemuda bernama Sebastiao Gomes meninggal dan dimakamkan di Santa Cruz.
Pada saat itu, meninggalnya Sebastiao Gomes menyebabkan protes yang berakhir dengan Pembantaian Santa Cruz.
Lebih dari 2.000 orang pergi ke Santa Cruz untuk memberikan penghormatan kepada Gomes, yang dibunuh oleh milisi yang didukung Indonesia di lingkungan Motael.
Dan siapa sangka kekejaman militer Indonesia saat itu diam-diam difilmkan oleh Max Stahl dan rekamannya diselundupkan ke luar negeri.
Perhatian internasional terhadap Timor Leste berubah secara dramatis.
Di kuburan Santa Cruz, militer Indonesia menembaki kerumunan, menewaskan 74 orang di tempat kejadian.
Selama beberapa hari berikutnya, lebih dari 120 orang muda meninggal di rumah sakit karena luka-luka atau akibat tindakan keras oleh pasukan pendudukan.
Sebagian besar mayat tidak pernah ditemukan.
Bersembunyi di antara kuburan
Pada 12 November 1991, dia bersembunyi di antara kuburan pemakaman Santa Cruz, lalu dia merekam pembantaian itu.