GridHot.ID - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menerbitkan surat telegram rahasia (STR) mengenai mutasi perwira menengah (pamen) di Densus 88 Antiteror Polri.
Melansir tribunnews.com, adapun mutasi tersebut tertuang dalam Surat telegram bernomor ST/2585/XII/KEP.2021 pada Selasa (21/12/2021).
Telegram tersebut pun telah ditandatangani oleh Asisten SDM Kapolri, Irjen Pol Wahyu Widada.
Dalam surat telegram itu, nantinya sejumlah direktur di Densus 88 Antiteror Polri akan naik pangkat dari Komisaris Besar (Kombes) menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen).
Mereka adalah Kombes Pol Simson Zet Ringu yang kini didapuk sebagai Direktur Intel.
Dilansir dari Surya.co.id, inilah sosok Kombes Pol Simson Zet Ringu, Direktur Intelijen Densus 88 Antiteror Polri yang mendapat kenaikan pangkat menjadi Brigjen.
Kabar kenaikan pangkat Kombes Pol Simson Zet Ringu itu diketahui dari surat telegram bernomor ST/2585/XII/KEP.2021 pada Selasa (21/12/2021).
Dalam surat telegram yang ditandatangani Asisten SDM Kapolri, Irjen Pol Wahyu Widada, selain Kombes Pol Simson Zet Ringu, ada sejumlah pamen yang juga naik pangkat menjadi brigjen.
Yakni, Kombes Pol Soeseno Noerhandoko yang ditunjuk sebagai Dirtindak dan Kombes Pol Herry Heryawan dikukuhkan sebagai Direktur Sidik.
Selain itu, ada puluhan Pamen yang dilakukan mutasi oleh Kapolri.
Di antaranya, Kombes Pol Aswin Azhar Siregar yang sebelumnya menjabat Kabag Bantuan Operasi kini diangkat sebagai Kabagrenmin.
Nantinya, dia akan digantikan Kombes Pol Christ Reinhard Pusung.
Lalu, Kombes Pol Tubagus Ami Prinoani kini diangkat sebagai Dircegah Densus 88 Antiteror Polri.
Dia menggantikan posisi Kombes Pol Moch Rosidi yang dimutasi sebagai pamen Densus 88 untuk penugasan di luar struktur.
Lalu, Kombes Arif Makhfudiharto juga diangkat sebagai Dirioensos Densus 88 Antiteror Polri.
Dia sebelumnya menjabat sebagai Kasatgaswil Jawa Barat Densus 88 Polri.
Nantinya, dia akan digantikan Kombes Pol Djoni Djuhana yang sebelumnya menjabat Kasatgaswil Sumatera Selatan Densus 88.
Adapun total ada sekitar 60 pamen Densus 88 Antiteror Polri yang dilakukan mutasi jabatan oleh Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo.
Siapa sebenarnya Kombes Pol SImson Zet Ringu?
Kombes Pol Simson Zet Ringu menghabiskan tugasnya di lingkungan Densus 88 Antiteror.
Kombes Pol Simson menjabat Direktur Intelijen Densus 88 Antiteror sejak November 2020.
Sebelumnya dia menempati jabatan analis kebijakan madya bidang intelijen densus 88 AT polri.
Nama Kombes Pol Simson Zet Ringu ramai dibicarakan setelah tewasnya pimpinan teroris Mujahidin Indonesia Timor, Ali Kalora.
Kombes Pol Simson Zet Ringu bersama Kasatgaswil Sultenggo Densus 88 Antiteror, Kombes Pol Dwight Jordan De Fretes disebut sebagai dua orang dibalik kesuksesan polri tersebut.
Seperti diketahui, Ali Kalora tewas setelah baku tembak dengan Satgas Madago Raya di Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Sabtu (18/9/2021) pukul 18.00 WITA.
Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora ini dikenal sebagai panglima teroris Poso di Pegunungan Poso, Sulawesi Tengah.
Ali Kalora disebut tertembak bersama seorang teroris lainnya oleh Densus 88 di wilayah Kabupaten Parigi Motong, Sabtu siang.
Danrem 132 Tadulako Brigjen TNI Farid Makruf menyatakan salah satu anggota kelompok Ali Kalora, Jaka Ramadhan, juga tewas dalam baku tembak tersebut.
"DPO diduga Ali Kalora dan Jaka Ramadhan saat ini dalam perjalanan menuju TKP," kata Makruf seperti dilansir Kompas.com.
Alikalora menjadi pimpinan MIT menggantikan Santoso.
Ali Kalora dan kelompoknya diduga bersembunyi di hutan belantara di sekitar Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Setelah Santoso tewas pada tanggal 18 Juli 2016, dirinya diduga menggantikan posisi Santoso sebagai pemimpin di kelompok MIT bersama dengan Basri.
Setelah Basri ditangkap oleh Satgas Tinombala, Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian pada 2016 menetapkan Ali Kalora sebagai target utama dari Operasi Tinombala.
Ali Kalora lahir di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso.
Ia memiliki seorang istri yang bernama Tini Susanti Kaduka, alias Umi Farel.
Nama "Kalora" pada namanya, diambil dari desa tempatnya dilahirkan, sehingga nama Ali Kalora seringkali digunakan di media massa.
Ali Kalora merupakan salah satu pengikut senior Santoso di kelompok Mujahidin Indonesia Timur.
Setelah kematian Daeng Koro—salah satu figur utama dalam kelompok MIT, Ali dipercayakan untuk memimpin sebagian kelompok teroris yang sebelumnya dipimpin oleh Daeng Koro.
Faktor kedekatannya dengan Santoso dan kemampuannya dalam mengenal medan gerilya membuat ia diangkat menjadi pemimpin.
Peneliti di bidang terorisme intelijen dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, berpendapat bahwa Ali Kalora adalah sosok penunjuk arah dan jalan di pegunungan dan hutan Poso.
Ini karena Ali merupakan warga asli dari Desa Kalora, Poso, sehingga dirinya diyakini telah menguasai wilayah tempat tinggalnya.
Menurut Kapolda Sulawesi Tengah saat itu, Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi, Ali Kalora adalah sosok radikal senior di kalangan gerilyawan di Poso.
Ia menyebut bahwa Ali Kalora berpotensi menjadi "Santoso baru" karena latar belakang pengalamannya yang cukup senior.
Meski demikian, ia yakin kekuatan gerilya di bawah kepemimpinannya tidak akan sebegitu merepotkan dibandingkan Santoso.
Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian saat itu menilai bahwa Ali tidak memiliki kemampuan kepemimpinan yang sama dengan Santoso dan Basri, begitu pula dengan spesialisasi dan militansi.
Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa saat masih menjabat Komandan Jenderal Kopassus mengungkap sadisnya perbuatan yang dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Pimpinan Ali Kalora kepada masyarakat di Poso.
Ia mengungkap, kelompok Ali Kalora tak segan mengancam, menyandera, bahkan membunuh masyarakat di Poso.
Menurut Cantiasa mereka akan melakukan hal tersebut kepada masyarakat biasanya untuk mendapatkan logistik dan makanan.
"Masyarakat ini diancam dan sebagainya kalau tidak menyerahkan makanan atau logistik itu ya dibunuh di sana. Dan tidak main-main, mereka membunuh itu dengan sadis. Semua modusnya itu dengan potong leher," kata Cantiasa dalam tayangan Podcast Puspen TNI di kanal Youtube resmi Puspen TNI yang diunggah pada Senin (17/8/2020).
Cantiasa pun mengungkapkan pembunuhan Agus Balumba, seorang petani di Desa Sangginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, dilakukan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora pada Agustus 2020 lalu. (*)