GridHot.ID - Suamtera Barat menjadi salah satu provinsi yang selalu mencuri perhatian.
Wilayah yang terkenal dengan nasi Padangnya itu, dapat dijadikan salah satu destinasi wisata.
Tak hanya destinasi wisata kuliner dan alamnya yang terkenal, kamu juga bisa berwisata religi di provinsi yang satu ini.
Sumatera memang menjadi salah satu provinsi yang kental dengan agma dan budaya Islam.
Masjid-masjid di daerah ini pun terbilang banyak dan unik-unik.
Salah satunya, Masjid Raya Sumatera Barat.
Masjid yang terletak di kota Padang ini, menjadi sebuah landmark megah dan ikonik yang bisa di masukkan dalam destinasi menarik bagi para wisatawan.
Dilansir dari Tribunnewswiki.com, Masjid Raya Sumatera Barat memiliki desain arsitektur yang unik dan indah, tak heran jika dijadikan tempat berwisata religi warga Sumatera Barat dan sekitarnya.
Jika pada umumnya masjid dibangun dengan kubah pada bagian atas, Masjid Raya ini justru tidak memiliki kubah.
Arsitektur masjidnya mengikuti gaya arsitektur khas Minangkabau, yakni dengan ciri bangunan berbentuk gonjong dengan memiliki empat sudut lancip yang mirip dengan desain atap pada Rumah Gadang.
Menariknya, Masjid ini juga dipercantik dengan ukiran khas Minang dan kaligrafi pada dinding bagian luar masjid, yang menambah kesan mewah.
Bagian Mihrobnya terlihat seperti hajar aswad dan terdapat ukiran asmaul husna berwarna emas.
Kompleks Masjid raya Sumatera Barat ini mempunyai luas sekitar 40.343 meter persegi, dengan bangunan utama masjid terdiri dari tiga lantai.
Dikutip Gridhot dari Tribunwiki, Masjid kebanggaan warga Padang itu di bangun mulai tanggal 21 Desember 2007, pembangunannya tuntas pada 4 Januari 2019 dengan total biaya sekitar Rp 330 miliar.
Pengerjaannya dilakukan secara bertahap karena keterbatasan anggaran dari provinsi.
Latar belakang pembangunannya sendiri karena Padang selaku ibu kota Sumatera Barat tidak memiliki masjid yang representatif untuk menampung jemaah dalam jumlah banyak.
Dorongan untuk membangun "masjid raya" itu pun semakin menguat, walaupun terdapat Masjid Nurul Iman yang berukuran besar di Padang.
Pada Januari 2006, berlangsung pertemuan bilateral antara Indonesia dan Malaysia yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi di Bukittinggi.
Saat itu, panitia kebingungan mencari masjid yang tepat bagi kedua kepala negara untuk melaksanakan salat Jumat, sehingga dipilih lokasi Masjid Agung Tangah Sawah di Bukittinggi.
Peristiwa ini disebut makin membuat Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yakin untuk membangun Masjid Raya Sumatera Barat.
Akhirnya di tahun yang sama, pemerintah provinsi menggelar sayembara untuk membuat rancangan masjid.
Sayembara diikuti oleh 323 peserta dari berbagai negara.
Sebanyak 71 desain masuk dan selanjutnya diseleksi oleh tim juri yang diketuai oleh sastrawan Wisran Hadi.
Pemenang sayembara diumumkan pada September 2006 dan mendapatkan hadiah Rp150 juta dari total hadiah Rp300 juta.
Hasil sayembara dimenangkan oleh tim yang diketuai arsitek Rizal Muslimin dan jadilah Masjid Raya Raya Sumatera Barat yang berasitektur khas Minangkabau.
Terciptanya karya dan desain menarik dari Masjid Raya ini membuatnya menang penghargaan Internasional.
Dilansir dari Kompas.com, Masjid otentik itu memenangkan penghargaan Abdullatif Al Fozan Award atau AFAMA beberapa waktu lalu.
Penghargaan ini merupakan ajang untuk mengapresiasi karya dan desain masjid dari negara-negara dengan penduduk Muslim di dunia.
Ada beberapa faktor yang membuat desain Masjid Raya Sumatera Barat ini menjadi juara.
Pertama, arsitekturnya yang berbeda dari masjid lain.
Kedua, Masjid Raya Sumatera Barat adalah tidak adanya kubah. Sebagai gantinya, atap masjid didesain berupa atap segi empat dengan tiap sudut menjulang ke langit seperti Rumah Gadang.
Selain itu, Masjid Raya Sumatera Barat memasukkan unsur budaya khas Minang, ditunjukkan dari atap dan corak ukiran Minangkabau di dinding-dindingnya.
Kita sebagai masyarakat Indonesia patut bangga ya! Jangan lupa untuk meluangkan waktumu mengunjungi Masjid khas budaya Indonesia yang satu ini di bulan Ramadhan nanti. (*)
Source | : | Kompas.com,TribunPadang.com,Tribunnewswiki.com |
Penulis | : | Egista Hidayah |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar