Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Punya Menara Mirip Mercusuar, Begini Arsitektur Unik Masjid Agung Banten, Jadi Saksi Bisu Sejarah Kejayaan Kota Pelabuhan

Egista Hidayah - Rabu, 16 Februari 2022 | 07:00
Masjid Agung Banten
Kompas.com

Masjid Agung Banten

GridHot.ID -Banten memang terkenal dengan segudang jejak peninggalan sejarahnya.

Selain, memiliki wisata alam yang menakjubkan,Banten juga cocok dijadikan destinasi wisata religi saat bulan Ramadhan tiba.

Pasalnya, Banten menjadi saksi perjalanan penyebaran agama Islam di pulau Jawa.

Pilihan yang paling tepat untuk berwisata religi adalah mengunjungi masjid bersejarah.

Salah satu masjid bersejarah yang dapat kamu kunjungidi Banten adalahn Masjid Agung Banten.

Masjid bersejarah peninggalan Kerajaan Banten yang berdiri diDesa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang ini telah ada sejak abad ke 16 SM.

Masjid Agung Banten menjadi salah satu bukti kejayaan kota pelabuhan Banten yang masih berdiri hingga saat ini.

Meski keadaannya tidak seperti pada saat didirikan, tetapi kondisinya tetap terpelihara dengan baik.

Kaya akan sejarah, membuat Masjid Agung Banten ramai dikunjungi oleh para peziarah dan wisatawan setiap harinya.

Baca Juga: Jadi Bukti Sejarah Peninggalan Kerajaan Mataram Islam, Masjid Agung Surakarta Punya Struktur Bangunan Unik, Perpaduan 5 Budaya Sekaligus

Dilansir dari Tribunnewswiki,di Masjid Agung Banten, pengunjung bisa melakukan berbagai macam kegiatan seperti berziarah, menikmati arsitektur kuno dan unik masjid, serta melihat bukti-bukti bersejarah Kesultanan Banten.

Lalu, bagaimana awal mula dibangunnya masjid yang satu ini ?

Sejarah Masjid Agung Banten

Dilansir dari Kompas.com,Masjid Agung Banten pertama kali didirikan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin.

Pembangunan kemudian dilanjutkan oleh putranya, Sultan Maulana Yusuf, yang menjadi raja kedua Kesultanan Banten.

Pada periode ini, Masjid Agung Banten dibangun dengan gaya Jawa.

Sebuah pawestren (ruang untuk shalat wanita), yang berada di samping kemudian ditambahkan pada masa pemeritahan raja ketiga, Sultan Maulana Muhammad (1580-1596).

Sementara serambi selatan masjid lantas diubah menjadi makam yang berisi sekitar 15 kuburan.

Pada 1632, sebuah menara setinggi 24 meter yang dirancang oleh arsitek Cina bernama Cek Ban Cut (Tjek Ban Tjut) ditambahkan ke kompleks masjid.

Sekitar periode yang sama, dibangun pula tiyamah (paviliun) bergaya Eropa yang dirancang oleh Lucaasz Cardeel, orang Belanda yang masuk Islam.

Baca Juga: Sejak Kepemimpinan Sultan Iskandar Muda Tetap Berdiri Kokoh Meski Diterjang Tsunami Aceh, Ini Sejarah Masjid Baiturrahman, Perancangnya dari Belanda

Arsitektur Masjid Agung Banten

Kompleks Masjid Agung Banten terdiri dari bangunan masjid, serambi pemakaman, tiyamah di sisi kanan dan kirinya, menara, serta tempat pemakaman di halaman sisi utara.

Bangunan Masjid berdiri di atas pondasi dengan ketinggian satu meter dan menghadap ke timur.

Bangunan utama masjid memiliki ciri-ciri sebagaimana masjid Jawa kuno lainnya.

Salah satu ciri khususnya adalah terdapat gapura pada keempat arah mata angin.

Sisi menarik lainnya dari bangunan utama masjid adalah atapnya yang tumpuk lima, mirip dengan pagoda Cina.

Bagian ini dirancang oleh Cek Ban Cut, yang juga merancang menara Masjid Agung Banten.

Selain itu, dilansir dariTribuntravel, Menara Masjid AgungBantenbisa dibilang cukup unik karena mirip dengan bangunan mercusuar dan terletak di sebelah timur masjid.

Menara setinggi 24 meter dengan diameter 10 meter ini dapat dimasuki sampai ke atas dengan menaiki 83 tangga yang ada di dalamnya.

Baca Juga: Mihrob Seperti Hajar Aswad, Begini Panampakan Masjid Raya Sumatera Barat, Pertemuan Presiden Indonesia dan Perdana Menteri Malaysia Jadi Titik Awal Sejarahnya

Catatan Dirk van Lier dari tahun 1659 menyebut bahwa menara ini dulunya digunakan sebagai tempat mengumandangkan azan dan penyimpanan senjata.

Arsitek lain yang turut berperan memperindah Masjid Agung Banten adalah Lucaasz Cardeel.

Dilansir dari Tribunnewswiki, pada masa kekuasaan Sultan Haji, Lucaasz Cardeel mengusulkan pembangunan tiyamah yang berfungsi untuk tempat musyawarah dan kajian-kajian keagamaan.

Tiyamah atau paviliunitu menjadi salah satu unsur adanya perpaduan budaya Jawa dengan Eropa.

Bangunan tiyamah berbentuk segi empat panjang dan bertingkat dua lantai memperlihatkan perpaduan unsur Jawa, Eropa, dan Cina menyatu sempurna pada arsitektur Masjid Agung Banten.

Elemen unik lainnya yang terdapat pada masjid ini adalah umpak dari batu andesit berbentuk labu berukuran besar dan beragam di setiap dasar tiang masjid.

Keunikan arsitektur inilah yang akhirnya membedakan Masjid Agung Banten dengan masjid-masjid kuno lainnya.

Memang, Banten dikenal sebagai salah satu tempat penyebaran agama Islam di Indonesia.

Selain cocok dijadikan destinasi wisata kuliner dan alamnya, Banten juga patut kamu kunjungi untuk belajar sejarah dan Islam.

Baca Juga: Kokoh Berdiri Sejak 500 Tahun yang Lalu, Masjid Menara Kudus Ternyata Bernama Asli Al-Quds, Kota Suci di Palestina, Begini Sejarahnya

Banyak penginggalan sejarah lainnya yang ada di Provinsi ujung barat Jawa ini, namun kamu harus datang terlebih dahulu ke Masjid Agung Banten. (*)

Source :Kompas.com tribuntravel Tribunnewswiki

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x