GridHot.ID - Sakit Maag dan Asam Lambung memang tidak bisa dianggap sepele.
Kedua penyakit ini sama-sama disebabkan oleh asam lambung.
Namun keduanya juga memiliki perbedaan dari segi penyebab terjadinya.
Dilansir dari TribunPontianak, Maag adalah radang lambung berupa kerusakan dingding lambung akibat dari produksi asam lambung dan reaksi inflamasi yang berlebihan.
GERD atau asam lambung yang naik sampai ke kerongkongan (re-flux) disebabkan katup atau cincin lambung tidak berfungsi optimal.
Maka secara garis besar penderita gerd adalah penderita maag sebelumnya.
Ada yang bilang jika stres dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya maag dan Gastroesophageal reflux disease (GERD).
Nyatanya hal itu bukanlah mitos, melainkan sebuah fakta. Menurut Dokter Spesialis Gastroentologi, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH,MMB, FINASIM,
Dilansir TribunKesehatan, menurut dr Ari, stres memang dapat memicu terjadinya gangguan asam lambung. Stres menghasilkan hormon yang dapat memperlambat pencernaan.
Baca Juga: Cukup Lakukan Kegiatan Menyenangkan Ini, Sakit Maag dan Gerd Dijamin Terkendali dan Tak Kambuh Lagi
Akibatnya makanan tertahan lebih lama di perut, sehingga asam lambung memiliki banyak waktu untuk naik ke kerongkongan.
Di sisi lain, dr Ari menyebutkan jika pemicu stres di otak, tidak hanya karena ada masalah tertentu. Kurang tidur pun bisa menyebabkan stres.
"Pekerjaan yang berlebihan bisa jadi stres. Atau tadi, ada masalah keluarga, kasus Covid-19 yang begitu tinggi di tengah masyarakat. Informasi yang berdatangan sehingga menimbulkan kecemasan," ungkap dr Ari pada acara virtual yang diadakan Wellesta cpi, Kamis (10/2/2022).
Ketika ada bagian tubuh yang tidak beres, dalam hal ini pikiran, maka tubuh akan memberikan pesan untuk memproduksi asam lambung.
Ketika produksi asam lambung meningkat secara berlebih, maka akan memunculkan gangguan yang tidak menyenangkan. Seperti dada yang terasa terbakar, mual dan sebagainya.
Rasa tidak nyaman itu juga menimbulkan stres, dan semakin meningkatkan produksi asam lambung. Sehingga hal ini menjadi sebuah lingkaran setan.
"Kadang-kadang pusing sakit kepala. Minum obat penghilang sakit kepala, jadi dinding lambung tipis," paparnya lagi.
Karenanya, dr Ari sering memberikan pesan kepada pasien Gerd untuk lebih banyak istirahat. Beberapa kasus diberi obat penenang.
"Kondisi stres bisa menurun, tapi saya harus konsultasi ke psikiater. Masalah di otak diberesin, lambung juga diurusin. Kalau salah satu belum, bisa naik kembali," pungkasnya.
(*)