Kala itu, Ki Ageng Pamanahan sedang melakukan perjalanan untuk pindah dari Kerajaan Pajang ke Mataram.
Orang-orang Hindu tersebut setelah terlibat interaksi dengan Ki Ageng Pamanahan akhirnya memutuskan untuk ikut ke Mataram.
Orang-orang yang dibawa oleh Ki Ageng Pamanahan itu kemudian membantu dalam membangun pagar masjid.
Sedangkan orang-orang Islam membangun masjidnya.
Setelah bangunan ini jadi, Panembahan Senopati berpesan agar bangunan fisik dari Masjid Gedhe Mataram ini tidak boleh diubah kecuali roboh.
Benar saja, dari dahulu hingga masuk ke zaman modern, Masjid Gedhe Mataram ini tetap terjaga keasliannya.
Namun, pada tahun 1611 di masa Sultan Agung, bangunan masjidGedhe Mataram ini ditambah dengan serambi dan halaman.
Nah, bagaimana arsitektur dan filosofi dari bangunan masjid ini?.
Arsitektur dan Filosofi Masjid Gedhe Mataram
Dikutip GridHot.ID dari Kompas.com, secara keseluruhan, bangunan Masjid ini adalah akulturasi dari Jawa, Islam dan Hindu.
Salah satu corak Hindu yang ada di masjid ini ialah bagian gapura yang berbentuk pura hingga pagar tembok keliling.