GridHot.ID - Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa merasa geram.
Pasalnya, melansir Kompas.com, Sang Panglima TNI merasa dibohongi anak buahnya terkait penyerangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) terhadap Pos Ramil, Kabupaten Puncak, Papua, beberapa waktu lalu.
Kebohongan itu diketahui ketika ditemukan adanya kejanggalan mengenai kronologi penyerangan yang menewaskan tiga prajurit TNI di sana.
Diwartakan Serambinews.com, tiga orang prajurit TNI tewas akibat serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Gome, Papua, pada akhir Januari lalu.
Tiga prajurit TNI yang gugur itu adalah Serda Rizal dan Pratu Baraza dari Satgas Pamtas Mobile Yonif R 408/SBH.
Satu lainnya bernama Pratu Rahman.
Di balik laporan tewasnya tiga tentara itu, ternyata ada kebohongan dari atasan langsung para prajurit tersebut.
Adalah Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa yang melontarkan tudingan itu.
Andika menyebut komandan kompi diduga lalai yang kemudian berbohong soal kronologi tewasnya para anak buahnya itu.
Peristiwa penyerangan itu terjadi sekitar pukul 05.28 WIT.
Ketika itu, Pos Koramil Distrik Gome yang ditempati Satgas Kodim YR 408/Sbh diserang oleh KSTP saat pergantian tugas jaga.
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang telah dicap sebagai kelompok teroris itu menyerang pos pengamanan TNI di sana.
Serda Rizal, Pratu Tuppal Baraza, dan Pratu Rahman meninggal dalam kejadian itu.
Namun, belakangan muncul kecurigaan ketika peristiwa itu diinvestigasi.
Tim Investigasi dari Kodam kemudian melakukan penyelidikan ulang.
Hasilnya, ditemukan ada kronologi yang ditutupi.
Diduga, Komandan Kompi tidak menceritakan kronologi yang sebenarnya terjadi pada hari itu.
Peristiwa yang kemudian berujung penyerangan dan penembakan Pos Koramil.
"Ternyata hasilnya berbohong yang terjadi bukan yang dilaporkan dan yang terjadi sebenarnya ini disembunyikan oleh si Danki Komandan Batalyon," kata Andika dalam akun YouTube resminya yang dikutip, Sabtu (19/3/2022).
Andika mengakui bahwa penyerangan memang dilakukan oleh kelompok bersenjata.
Namun, ada andil dari komandan kompi di sana.
Menurut Andika, Danki ikut berperan sehingga memicu insiden penyerangan KKB.
Danki tidak memperhitungkan dan menyepelekan lokasi gelar pasukannya, sehingga kemudian pasukannya menjadi target penyerangan.
"Jadi, ya betul yang melakukan tindak pidana pembunuhan adalah kelompok bersenjata.
Tapi juga ada peran penggelaran oleh Komandan Kompi yang dalam hal ini sebagai komandan pos di tempat yang tidak diperhitungkan dan disepelekan," lanjutnya.
Demi Mendapatkan Uang
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa lantas mengungkap alasan Danki menggelar pasukan di lokasi kejadian yang berujung penyerangan KKB hingga menewaskan tiga prajurit.
Menurut Andika, Danki menggelar pasukan dengan pertimbangan hanya demi mendapat uang tambahan untuk pengamanan.
Andika tak bisa menutupi kejengkelannya.
"Karena kita di sini semuanya memikirkan dukungan kemudian bagaimana melindungi anggota, di sana hanya begini-begini saja rupanya.
Maksudnya pertimbangan pendek sekali hanya soal 'oh kita dapat uang tambahan untuk pengamanan' di situ, dikorbankan semuanya," sebut Andika.
Andika pun memerintahkan agar Danki yang bertugas itu dilakukan proses hukum.
"Jadi saya ingin ada proses hukum terhadap Danpos ini atau komandan kompi.
Dituntaskan supaya menjadi pembelajaran juga," tutupnya. (*)