GridHot.ID - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) merupakan kelompok yang gemar menebar teror baik kepada warga sipil maupun aparat TNI-Polri di wilayah Papua.
KKB Papua memiliki tujuan utuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Melansir Kompas.com, menurut catatan, KKB kerap beraksi di wilayah pegunungan Papua.
Beberapa kabupaten yang sampai saat ini dianggap rawan dari aksi mereka antara lain kabupaten Puncak, Yakuhimo, Nduga, dan Intan Jaya.
Sementara itu, ada lima kelompok yang sudah dipetakan dengan para pemimpinnya, yakni Lekagak Telenggen, Egianus Kogoya, Jhony Botak, Demianus Magai Yogi, dan Sabius Waker.
Dari lima kelompok itu, Lekagak Telenggen dan Egianus Kogoya dianggap sebagai yang paling berbahaya.
Melansir Surya.co.id, beberapa waktu lalu, markas KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya terendus setelah aparat TNI menerbangkan drone.
Dalam rekaman video drone, tampak sebuah bangunan yang luas.
Di sekeliling bangunan tersebut terdapat sejumlah pasukan menenteng senjata yang selalu bersikap siaga.
Meski tak disebutkan kapan video itu diabadikan, namun pada bagian penjelasan, disebutkan bahwa video itu diabadikan di kabupaten Nduga.
Aksi kejahatan KKB Papua
Kembali melansir Kompas.com, KKB Papua telah melakukan beberapa kejahatan.
Mereka diketahui telah melakukan penyerangan terhadap pekerja, pembacokan, penembakan, serta pembakaran rumah dan sekolah di beberapa wilayah di Papua.
Awal bulan Mei 2022, satu personel Polri dan TNI mengalami luka tembak saat menjalani ibadah minggu di Gereja Protestan Okbibab, Distrik Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, papua.
Sementara pada 22 Aprli 2022, anggota marinil TNI AL PrakaDwi gugur dalam serangan oleh KKB di Pos Satgas Pos Satgas Kodim Mupe Yonif 3 Mar di Kaikote, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga.
Dengan korban yang terus berguguran, banyak orang bertanya-tanya, mengapa TNI tidak melakukan serangan udara terhadap KKB?
Alasan TNI tak melakukan serangan udara
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, akan timbul risiko lebih besar ketika TNI memilih serangan udara.
Sebab, serangan udara dilakukan setelah target benar-benar dipastikan secara presisi.
"Tentu saja akan sulit membedakan antara target KKB dan warga. Apalagi medan di Papua bisa dibilang sulit," kata Fahmi kepada Kompas.com, Senin (9/5/2022).
Menurutnya, strategi KKB selama ini adalah berbaur dengan warga untuk menyulitkan aparat.
Karena itu TNI sangat berhati-hati dalam mengambil satu tindakan, tak terkecuali serangan udara.
"Dikhawatirkan serangan itu akan membuat konflik meluas. Akan sulit memelihara simpati dan dukungan masyarakat ketika terjadi insiden-insiden terhadap warga," jelas dia.
"Itu yang memang menjadi penyulit dalam konteks pendekatan militer di Papua," kata Fahmi.
Ia menjelaskan, pendekatan dialog dan humanis yang diterapkan oleh Panglima TNI Andika Perkasa saat ini lebih mungkin dilakukan daripada militer.
Sebab, pendekatan militer terbukti tidak mampu menghentikan aktivitas KKB di Papua.
Hanya saja, pendekatan ini semestinya juga dilakukan oleh sejumlah pihak lainnya selain TNI dan Polri.
"Mestinya leading sector-nya bukan TNI atau Polri, mereka hanya melakukan dukungan keamanan dalam upaya damai," ujarnya.
"Karena tugas TNI atau Polri itu kan memukul, bukan merangkul, kalau merangkul yang ditugaskan seharusnya unsur pemerintah lain. Papua ini bukan hanya urusan TNI atau Polri," kata dia.
Artinya, perubahan pendekatan itu juga harus disertai dengan pergantian leading sector.
(*)
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar