GridHot.ID - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) masih menbar teror terhadap warga sipil dan aparat TNI-Polri.
KKB Papua kerap melakukan aksinya di wilayah pegunungan.
Ada beberapa kabupaten di Papua yang sampai saat ini dianggap rawan dari aksi KKB.
Kabupaten tersebut antara lain kabupaten Puncak, Yakuhimo, Nduga, dan Intan Jaya, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.
KKB Papua telah melakukan beberapa kejahatan.
Dikutip dari Kompas.com, mereka diketahui telah melakukan penyerangan terhadap pekerja, pembacokan, penembakan, serta pembakaran rumah dan sekolah di beberapa wilayah di Papua.
Awal bulan Mei 2022, satu personel Polri dan TNI mengalami luka tembak saat menjalani ibadah minggu di Gereja Protestan Okbibab, Distrik Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, papua.
Sementara pada 22 Aprli 2022, anggota marinil TNI AL PrakaDwi gugur dalam serangan oleh KKB di Pos Satgas Pos Satgas Kodim Mupe Yonif 3 Mar di Kaikote, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga.
Melansir Pos-Kupang, salah satu anggota KKB Papua yang kini telah kembali ke NKRi, Delson Telenggen, mengungkap rahasia kelompok separatis itu.
Delson Telenggen sepertinya tak tahan dengan sikap KKB Papua yang bertindak sangat kejam terhadap sesama warga, juga TNI-Polri.
Delson Telenggen sendiri menuturkan bahwa ia tak pernah merasakan adanya keamanan dan kenyamanan selama bergabung dengan kelompok separatis tersebut.
Hingga akhirnya ia menyerah dan kembali ke NKRI.
Jangankan kenyamanan, untuk aman saja KKB Papua sulit mendapatkannya.
Setiap saat mereka harus bergerak untuk menyerang, menghindar, berlari, dan bersembunyi dari kejaran aparat keamanan.
Kesulitan lain yang saban hari dihadapi pria berusia sekitar 50 tahun ini, adalah persediaan makanan yang sangat kurang
Jangankan untuk sarapan pagi, ungkap Delson Telenggen, untuk bisa makan saja susahnya minta ampun.
"Selama bergabung dengan KKB, kami hidup susah sekali. Makan susah, tidur juga susah. Supaya selamat, kami harus sembunyi di lubang-lubang," bebernya.
Kalau ada makanan, katanya, semuanya serba terbatas, sehingga persediaan makanan itu harus diatur. Makanya, setiap anggota KKB itu, tidak bisa makan sesuka hati.
Makanan yang ada harus diatur supaya persediannya tetap ada. Bahkan untuk menjaga persediaan makanan itu, pola makan anggota KKB yang harus diatur.
Sehari, katanya, sangat bersyukur bila ada yang bisa dimakan. Jika tidak, sejak pagi hingga malam tiba, tak ada makanan yang bisa mengganjal perut.
Jika mendapat tembakan TNI-Polri, tak jarang anggota KKB sembunyi di lubang hingga di gua-gua.
Dalam situasi yang demikian, katanya, mereka dipaksa harus bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Makanya, meski perut terasa lapar, badan terasa lelah, tapi tidak ada cara lain kecuali mengikuti pergerakkan KKB, mengikuti perintah pimpinan.
Delson Telenggan mengaku bahwa selama berada di hutan, ia dan puluhan teman lainnya dipimpin oleh Puron Wenda.
Puron Wenda merupakan salah satu orang kepercayaan Benny Wenda. Sementara Benny Wenda baru-baru ini mengklaim dirinya sebagai Presiden Sementara Papua Barat.
Delson Telenggen mengatakan bahwa seperti halnya pimpinan KKB yang lain, Puron Wenda juga tegas dalam memimpin pasukan.
Setiap pergerakan KKB, misalnya, harus sesuai target. Bila targetnya adalah penyerangan pos TNI, maka itu harus dilaksanakan.
Bila targetnya adalah menembak TNI-Polri saat berada di tengah hutan, katanya, maka itu mutlak dijalankan, seperti yang terjadi selama ini.
Begitu juga bila yang disasar adalah warga sipil, maka anggota KKB itu bergerak menyasar orang-orang yang diincar.
Selama bergabung dengan kelompok bersenjata, ungkap Delson Telenggen, dirinya tak pernah melihat kota. Hal yang sama dialami anggota lainnya.
Bahkan untuk berbelanja saja, anggota KKB sulit mendapatkan akses. Sebab semua pintu telah disekat habis oleh TNI-Polri.
Dalam keadaan yang serba susah itu, katanya, ia lantas memutuskan untuk meninggalkan kelompok separatis tersebut.
Ia ingin kembali ke kampung halamannya dan merenda hidup bersama keluarga dan sesama warga lainnya di Pori Kampung Tarpajo.
Keputusannya itu, lanjut dia, tentu saja tidak disampaikan kepada Puron Wenda, atau sesama anggotanya.
Ia merahasiakan keputusannya sambil menunggu waktu yang tepat untuk berjalan pulang ke tanah kelahirannya di Pori.
Dan, ketika tiba waktunya untuk pulang, ia pun mulai meninggalkan kelompoknya.
Ia perlahan-lahan menjauh dengan alasan mencari makan atau alasan lainnya.
Sejak itu, Delson Telenggen berjalan sendirian hingga akhirnya menyerahkan diri kepada aparat keamanan.
Dalam video yang viral di media sosial, terlihat Delson Telenggen membeberkan semua fakta yang dialami selama di hutan dan bergabung dengan KKB.
Ia juga tak sungkan-sungkan membeberkan kegetiran hidup bersama anggota KKB lainnya, terutama soal persediaan bahan makanan.
Meski setian hari nyawa jadi taruhannya, kata Delson Telenggen, namun keselamatan anggota KKB sama sekali tak diperhatikan.
Jika sampai sekarang anggota KKB masih selamat dari incaran TNI-Polri, katanya, itu semua karena kemahiran sang anggota.
Sebab, pimpinan KKB tak memperhatikan sama sekali soal itu. Yang diperhatikan pimpinan KKB hanyalah berperang dan menghindar.
Pasalnya, hanya itulah cara terbaik untuk selamat dari terjangan peluru TNI-Polri, selamat dari incaran aparat keamanan.
"Itu yang membuat kami susah. Kami hidup susah sekali di dalam hutan," ujar Delson dalan video yang viral di medsos.
Daripada terus dibelit pelbagai kesulitan, kata Delson Telenggen, lebih baik ia memilih berhenti jadi anggota KKB dan kembali ke pangkuan NKRI.
"Saya sudah memilih tinggalkan KKB. Saya tidak mau bergabung lagi. Saya tobat," ujarnya dengan nada tegas.
Apa yang diputuskan itu, kata Delson Telenggen, kini sedang dijalaninya. Ia tak mau kembali ke masa lalu yang penuh dengan duka nestapa.
(*)